Sukses

Rupiah Lesu di Akhir Tahun, Gubernur BI Ungkap Penyebabnya

Volatilitas atau pergerakan kurs rupiah sejauh ini terjaga di saat mata uang negara lain mengalami tekanan lebih besar.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar sejumlah mata uang termasuk rupiah menjelang tutup tahun cenderung melemah. Bank Indonesia (BI) mengungkapkan depresiasi kurs rupiah disebabkan karena faktor global, seperti anjloknya harga minyak dunia dan komoditas pertambangan.
 
Gubernur BI, Agus Martowardojo ditemui di kantor Kemenko Bidang Perekonomian mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah terjadi karena penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan tersebut terjadi karena beberapa hal. 
 
"Dipicu perkembangan di dunia, khususnya ketika harga minyak yang terus jatuh dikhawatirkan membuat harga-harga komoditas dunia lainnya ikut anjlok. Harga minyak dunia dan komoditas tambang turun, ini pemicu dolar menguat," jelasnya di Jakarta, Kamis (31/12/2015). 
 
Meski demikian, Agus mengaku, volatilitas atau pergerakan kurs rupiah sejauh ini terjaga di saat mata uang negara lain mengalami tekanan lebih besar dibanding rupiah.
 
"Kami melihat volatilitas terjaga walaupun kami lihat di negara lain tekanannya lebih besar," terangnya. 
 
Dari kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah berada di level Rp 13.795 per dolar AS. Posisi ini melemah dari penutupan kemarin di posisi Rp 13.794 per dolar AS. 
 
Di sisi lain, Agus memperkirakan defisit neraca pembayaran Indonesia sekitar US$ 17 miliar pada tahun ini atau turun dari realisasi di 2014 lalu yang sebesar US$ 27 miliar. 
 
"Di kuartal IV lebih positif karena pemerintah menarik dana pinjaman dari luar negeri dan itu bisa memperbaiki transaksi modal finansial. Sedangkan prediksi defisit transaksi berjalannya di kisaran 2 persen," pungkas Agus.
Video Terkini