Sukses

Meneropong Pergerakan Rupiah pada 2016

Harga komoditas dan kebijakan bank sentral Amerika Serikat akan membayangi laju nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi masih betah di kisaran 13 ribu-14 ribu per dolar pada 2016. Sentimen eksternal terutama harga komoditas masih tertekan dan kenaikan suku bunga bank sentral AS masih membebani nilai tukar rupiah.

Analis PT Bank Woori Saudara Tbk Rully Nova menuturkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergantung terhadap pergerakan harga komoditas. Pada 2016, harga komoditas diprediksi masih melemah sehingga membuat dolar AS masih kuat.

"Nilai tukar rupiah sulit untuk menguat. Level nilai tukar rupiah akan berada di kisaran 13.900-14.000 per dolar Amerika Serikat," ujar Rully saat dihubungi Liputan6.com, seperti ditulis Sabtu (2/1/2015).

Ia menuturkan, sentimen eksternal lain mempengaruhi rupiah yaitu kenaikan suku bunga bank sentral AS secara bertahap. Rully memperkirakan, kenaikan suku bunga bank sentral AS hingga mencapai 150 basis poin.

"Dengan kenaikan suku bunga bank sentral AS maka jaraknya dengan suku bunga acuan Bank Indonesia akan mendekati," kata Rully.

Sedangkan sentimen dari dalam negeri masih dipengaruhi masa transisi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Rully menuturkan, selama ini Indonesia mengandalkan ekspor komoditas. Dengan harga komoditas masih tertekan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Karena itu, diharapkan belanja infrastruktur dan investasi akan meningkat sehingga menopang rupiah.

Selain itu, Rully menilai Bank Indonesia (BI) juga sudah cukup baik untuk menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Itu ditunjukkan dengan sikap hati-hati terhadap kebijakan suku bunga acuan. "BI tidak terpancing untuk menurunkan suku bunga meski inflasi rendah. Mereka cenderung hati-hati," kata dia.

Rully mengharapkan pemerintah dapat segera menyerap anggaran belanja infrastruktur sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi di awal tahun.

Sepanjang Desember 2015, rupiah menguat 13 poin dari 13.808 per dolar Amerika Serikat (AS) pada 1 Desember 2015 menjadi 13.795 per dolar AS pada 31 Desember 2015.

Rupiah bahkan sempat menguat ke level 13.615 per dolar AS pada 22 Desember 2015. Rupiah menguat tersebut dipengaruhi ada kepastian kenaikan suku bunga bank sentral AS 0,25 persen-0,50 persen.

Seperti diketahui, kurs referensi jakarta interbank spot dollar rate (Jisdor) rupiah melemah 10,89 persen dari posisi 12.440 per dolar AS pada 31 Desember 2014 menjadi 13.795 per dolar AS pada 31 Desember 2015.

Tekanan terhadap rupiah lantaran ketidakpastian kenaikan suku bunga bank sentral AS dan perlambatan ekonomi Indonesia ditambah China melemahkan mata uangnya yuan. (Ahm/Igw)

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6