Liputan6.com, Jakarta - Taiwan menjadi negara di Asia yang masyarakatnya paling optimistis terhadap masa depan. Hal itu berdasarkan indeks Mastercard's Next Generation Well-Being.
Kedua, di susul Korea Selatan dengan skor 71,8. Angka ini hampir 10 poin lebih rendah dari urutan pertama yaitu Taiwan dengan skor 80. Ketiga, Hong Kong dengan skor 69,3.Seperti dikutip dari agenda.weforum.org, Sabtu, (2/1/2016).
Dalam menentukan indeks itu dengan menanyakan 10 pertanyaan berkaitan dengan isu-isu dan prospek untuk generasi berikutnya terutama yang lahir pada 2000. Rata-rata hasil indeks itu dengan skor 0-100. Penilaian skor itu antara lain 0 paling negatif, nilai 50 netral, dan 100 paling positif.
Advertisement
Baca Juga
Negara maju berada di urutan teratas yang optimistis terhadap masa depan. Sedangkan negara berkembang cenderung pesimistis seperti India, Vietnam dan China. Skor di negara tersebut di bawah 50 poin. Masyarakat di Negara tersebut tidak optimistis untuk generasi mendatang.
MasterCard melakukan riset terhadap hampir 9.000 orang di seluruh Asia Pasifik. Saat penelitian itu ditanyakan mengenai prospek generasi berikutnya yang termasuk isu kesetaraan gender, keseimbangan keuangan, lingkungan, kesehatan, pekerjaan, stres, penyakit dan kriminal.
Dari penelitan itu juga menyebutkan kalau masyarakat negara berkembang di Asia Pasifik jauh lebih yakin terhadap dunia untuk generasi mendatang dibandingkan negara maju.
Baik masyarakat di negara berkembang dan maju juga yakin kalau kekayaan individual akan meningkat oleh generasi mendatang. Hal itu terjadi asal mereka dapat mengatasi ketimbangan kekayaan.
Namun, masyarakat di negara berkembang terutama Asia Pasifik percaya kalau kesenjangan antara orang kaya dan miskin lebih buruk di tahun-tahun mendatang.
Sedangkan masyarakat di negara maju kesenjangan hanya meningkat.Selain itu, masyarakat negara berkembang juga merasa kalau kesetaraan gender, keadaan lingkungan, dan kekerasaan cenderung lebih buruk untuk generasi berikutnya.
Masyarakat di negara berkembang juga pesimistis terhadap segala sesuatu dari negara berkembang kecuali keseimbangan kehidupan kerja.
Generasi mendatang diperkirakan dapat mencapai perbaikan untuk menyeimbangkan kehidupan kerja di negara berkembang.
Namun masyarakat di negara maju paling prihatin terhadap kualitas lingkungan untuk generasi berikutnya.
Head of Communication MasterCard, Georgette Tan menuturkan, Bank Dunia mengumumkan kalau untuk pertama kalinya kurang dari sepuluh persen dari populasi dunia akan hidup dalam kemiskinan ekstrim pada akhir 2015.
Kemajuan di Asia Pasifik menjadi kunci untuk pengurangan kemiskinan global tetapi sementara masyarakat di wilayah itu yakin kalau prospek ekonomi di generasi mendatang akan membaik.
"Namun masyarakat di negara berkembang sangat prihatin kalau kesenjangan antara kaya dan miskin akan melebar. Keprihatinan ini mencerminkan realitas yang berkembang, dan ketimpangan keuangan tetap meningkat meski sudah ada berbagai upaya untuk menarik kemiskinan," ujar dia.
Meski demikian, ia menuturkan kalau sangat penting pasar negara berkembang juga untuk tumbuh sehingga mampu menuai keuntungan. (Apr/Ahm)
Â
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6
Â
Â