Liputan6.com, Jakarta - Harga daging sapi di pasar tradisional di Jakarta masih bertahan di atas Rp 100 ribu per kilogram (kg). Padahal pemerintah telah melakukan upaya untuk menekan harga tersebut melalui penyediaan kapal khusus pengangkut sapi.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Srie Agustina mengatakan masih tingginya harga daging ini lantaran sistem distribusi antara daerah penghasil sapi dengan wilayah konsumsi yang masih menggunakan pola lama yaitu dengan mengangkut sapi dalam bentuk hidup.
"‪Karena kita masih mengangkut sapi dalam bentuk hidup. Harusnya kita mulai bisa mengangkut sapi dalam bentuk potongan," ujarnya di Jakarta, Rabu, (6/1/2015).
Dia mencontohkan, harga sapi di Palembang sebenarnya bisa ditekan karena wilayahnya dekat dengan Lampung yang merupakan sentra produksi sapi. Namun karena pengangkutan yang dilakukan dalam bentuk sapi hidup, maka harga daging saat sampai ke tangan konsumen pun tetap tinggi.
"‪Contoh kayak Lampung dekat dengan Palembang. Punya RPH (rumah potong hewan) ngambilnya dari Lampung. Tapi kalau sampai di Palembang mahal. Karena dia ngangkutnya sapi hidup yang diangkut truk. Satu truk cuma cukup sampai 12 ekor. Coba kalau dipotong-potong, angkut dalam benuk potongan itu sudah berapa ton," kata dia.
Baca Juga
Menurut Srie, jika sapi-sapi tersebut dipotong di sentra produksi sebelum diangkut ke daerah konsumsi maka akan lebih banyak daging yang bisa diangkut sehingga biaya logistiknya pun akan lebih murah. Dengan demikian diyakini akan mampu membantu menekan harga di tingkat konsumen.
"Jadi dipotong di sentra produksi dibawa ke daerah konsumen dalam bentuk dipotong itu akan lebih murah. Karena angkutannya cost-nya lebih kecil dengan volume yang lebih besar. Tapi untuk mencapai ke sana memang kita buuh semacam cold storage yang lumayan banyak di setiap RPH dan referensi konsumen untuk sedikit beralih," jelasnya.
Menurut dia, saat ini rata-rata kebutuhan sapi nasional per tahun mencapai 717 ribu ekor. Dengan jumlah sebesar itu, maka wajar jika harga daging sapi ini tinggi, terlebih saat pasokannya mengalami gangguan atau berkurang.
‪
"Pasokan itukan tergantung realisasi impor dan kemudian terpasok di pasar itu menunggu penggemukan di feedloter mencapai 3-4 bulan. Ke depan pasok yang ada sebetulnya cukup kebutuhan rata-rata sampai tiga bulan ke depan. Makanya saya kira harga masih mahal karena itu yang modelnya seperti itu," tandasnya.(Dny/Nrm)