Liputan6.com, Jakarta - Kemajuan teknologi membuat bisnis e-commerce semakin merambah. Berbagai promo dan diskon menarik pun banyak ditawarkan e-commerce untuk menggaet konsumen sebanyak-banyaknya.
Hal ini membuat banyak orang tak terkecuali pegawai sulit menahan godaan untuk tak berbelanja online bahkan ketika bekerja. Mereka pun menganggap jika hal itu tidak terlalu mengganggu karier atau menyalahi aturan sehingga boleh saja dilakukan.
Baca Juga
Dalam riset terbaru yang dilakukan oleh CareerBuilder, situs pencarian kerja dan pengembangan karier itu membeberkan jika belanja online kerap dilakukan oleh setengah karyawan yang menjadi respondennya. Angka ini bahkan naik sebanyak 3 persen dari hasil riset tahun lalu.
Advertisement
CareerBuilder pun melakukan penelitian tentang siapa saja yang paling sering menyempatkan waktu untuk belanja di tengah-tengah kerja. Staff pemasaran menempati urutan pertama dengan prosentase 63 persen, diikuti dengan bagian keuangan dengan persentase 62 persen Adapun 57 persen pekerja IT juga kerap mencuri waktu untuk bertransaksi online.
Diduga untuk menghindari pemantauan dari perusahaan, sebanyak 42 persen responden mengaku lebih memilih menggunakan gadget pribadi mereka ketika masuk ke situs e-commerce. Angka itu juga meningkat cukup tajam dari hasil riset tahun lalu yang hanya sebesar 27 persen.
Belanja online itu pun umumnya dilakukan di ruang kerja mereka. Tak tanggung-tanggung, sebanyak 42 persen responden mengaku menggunakan waktu mereka lebih dari satu jam untuk melakukan belanja online atau sekedar melihat situs e-commerce.
Meski begitu, para pegawai tidak menganggapnya salah karena merasa masih bertanggung jawab dengan pekerjaan dengan datang ke kantor.
Meski begitu, sepertinya Anda perlu tetap berhati-hati serta lebih menahan diri dalam membeli barang di situs belanja tahun depan. Karena aktivitas tersebut telah menyebabkan sejumlah pekerja dipecat di tahun 2015.
Menurut penelitian ini, cukup banyak atasan yang tak ragu-ragu memecat bawahan yang tertangkap sedang belanja online. Hal tersebut dilakukan satu dari tiga manajer atau sebanyak 28 persen. Pemecatan karena melakukan aktivitas tak terkait kerja itu bahkan meningkat hingga 4 persen dari tahun sebelumnya. (Vna/Ndw)
Â