Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM) atau Bank Jatim mampu membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp 1,26 triliun di tahun 2015 kendati perekonomian sedang lesu. Sedangkan untuk laba bersih, perseroan mampu membukukan Rp 884,50 miliar.
Business Medium and Corporate Director BJTM, Su'udi mengatakan, laba perusahaan ditopang oleh penyaluran kredit perseroan yang tembus sebanyak Rp 28,41 triliun atau naik 8,14 persen year on year (yoy).
Kontribusi penyaluran kredit ditopang oleh kredit komersial yang tumbuh 10 persen (yoy) atau sebesar Rp 5,7 triliun. Kredit konsumer mengalami pertumbuhan 8,83 persen (yoy) atau sebesar Rp 18,19 triliun serta kredit UKM mengalami pertumbuhan 5,21 persen menjadi Rp 4,53 triliun.
Baca Juga
Dengan penyaluran kredit tersebut, Bank Jatim mampu membukukan kenaikan pendapatan bunga 15,17 persen menjadi atau Rp 4,7 triliun. "Di tempat kami banyak orang kredit tapi lebih banyak lagi yang menabung," kata dia di Jakarta, Kamis (7/1/2016).
Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) mengalami kenaikan 13,19 persen (yoy) atau sebesar Rp 34,26 triliun. Adapun kontribusinya terdiri dari giro sebesar Rp 13,49 triliun atau naik 15,84 persen (yoy), tabungan Rp 12,75 triliun atau naik 16,03 persen (yoy), dan deposito Rp 8,02 triliun atau naik 5,06 persen (yoy).
Hingga 2015, tercatat total aset BJTM naik 12,65 persen yoy atau naik menjadi Rp 42,80 triliun.
Su'udi melanjutkan, pada tahun ini perseroan menargetkan laba ‎sebelum pajak sebesar Rp1,4 triliun. "Kami target Rp 1,4 triliun kami optimistis tahun depan, posisi kemarin sudah bottom saya rasa tahun depan up," ujarnya.
Target tersebut bakal dicapai perseroan dengan asumsi perekonomian 2016 lebih baik dari tahun lalu. Secara persentase, penyaluran kredit direncanakan meningkatan 14,98 persen, pendapatan bunga naik 12,67 persen. DPK diharapkan meningkat sebanyak 14,98 persen.
Dari total aset, Su'udi memperkirakan terjadi peningkatan sebesar 10,56 persen.‎ "Tahun depan baik, tahun 2015 mengalami perlambatan pertumbuhan. Tahun depan lebih baik," tandas dia.Â
‎Pasar bebas ASEAN
Bank Jatim menyatakan tak terlalu khawatir dengan berlakunya pasar bebas ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Su'udi ‎mengakui MEA memang menjadi ancaman perbankan. Mengingat, dengan adanya MEA bank-bank asing dengan modal besar masuk ke Indonesia. Alhasil, bank-bank lokal dengan modal minim menjadi tertekan.
Meski begitu, dia meyakini tetap ada peluang bagi BJTM ‎memanfaatkan peluang dari persaingan tersebut. Menurutnya, setiap bank bakal melakukan penyesuaian.
‎"Semua ada opportunity meskipun ada juga ancaman, MEA berlaku ada kebebasan ekonomi, bank mengikuti saja, tetap ada prospek yang kita kembangkan," kata dia.
Dia juga menambahkan, penyesuaian tersebut seperti terjadi ketika kondisi makro yang tak begitu baik. Lihat saja, di tahun 2015 BJTM membukukan laba sebelum pajak Rp 1,26 triliun. Sementara laba bersih Rp 884,5 miliar. "Dalam kasus makro akan belajar dari proses itu. Kami mengikuti perkembangan ekonomi. Pasti ada penangkapan peluang," jelasnya.
‎Sejumlah cara pun bisa dilakukan. Sebagai contohnya, dengan kerjasama antar bank dalam negeri.‎ "Kalau nanti ada bisnis asing, kan ada partner internal, bank dalam negeri," tandas dia. (Amd/Gdn)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6
Advertisement