Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah pesimistis ekonomi Indonesia pada tahun ini bertumbuh 4,7 persen. Dengan perlambatan ekonomi tersebut, penerimaan pajak yang sumbernya didominasi perusahaan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kuartal IV 2015 tidak akan mampu menyentul level 5 persen. Ramalannya hanya di kisaran 4,8 persen-4,9 persen.
"Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi mungkin hanya 4,7 persen lebih sedikit di 2015. Padahal di APBN-P 2015 menargetkan pertumbuhan 5,3 persen," ujar Darmin dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (8/1/2015).
Advertisement
Diakui Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) itu, perlambatan ekonomi akan berpengaruh terhadap penerimaan negara lebih cepat.
Baca Juga
Darmin mengatakan, hubungan antara perlambatan ekonomi dan penerimaan negara tidak berjalan simetris, karena selama ini sumber penerimaan pajak berasal dari perusahaan.
"Begitu ekonomi melambat, profitnya langsung turun drastis. Itu artinya penerimaan negara juga melambat. Beda jika penerimaan didominasi pajak perorangan," tegas Eks Dirjen Pajak itu.
Pajak perorangan, sambungnya, menjadi andalan sumber penerimaan pajak di negara-negara maju sehingga lebih simetris kenaikan dan penurunannya. Hal ini ditandai dengan besarnya penerimaan dari pendapatan perorangan, seperti gaji.
"Yang namanya gaji, biar ekonominya melambat, jarang gaji turun. Kalau gaji diturunkan, ngamuk orangnya. Biasanya yang terjadi adalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), bukan gajinya yang turun," jelas Darmin. Â
Supaya pendapatan perorangan naik, lanjutnya, pemerintah menggenjot investasi pembangunan infrastruktur. Tentu keberhasilannya membutuhkan dukungan perbaikan aturan, deregulasi dan sebagainya.
Pemerintah sudah mengeluarkan formula baru penetapan upah minimum sehingga ada kepastian bagi pengusaha dalam menentukan besaran biaya produksi, khususnya untuk tenaga kerja. Meskipun Darmin mengakui, belum 100 persen dijalankan setiap Provinsi.
"Jadi kenaikan gaji buruh bisa diprediksi di tahun ini berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Investor pun jauh lebih mudah mengambil keputusan, jadi beda kalau investor menduga-duga," papar Darmin.
Ia menuturkan, penerimaan pajak tahun ini belum dapat diharapkan pemerintah walaupun ada rencana mengimplementasikan pengampunan pajak (tax amnesty). Dengan demikian, Darmin mengimbau agar APBN 2016 segera direvisi sehingga akan menolong dan membuat risiko menjadi lebih kecil.
"Tapi bagaimanapun, APBN tetap menjadi salah satu sumber untuk mendorong pertumbuhan, selain investasi," kata Darmin. (Fik/Ahm)
Untuk Lebih Lengkapnya, baca di: Ekonomi Indonesia Sebenarnya Seperti Apa?