Liputan6.com, Jakarta - Seperempat abad sudah Indonesia tak bergerak membangun kilang minyak. Dalihnya mulai dari tidak punya anggaran sampai banyaknya pihak yang menjegal rencana pembangunan kilang supaya Negara ini terus bergantung pada impor bahan bakar minyak (BBM).
Di era pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), Peraturan Presiden (Perpres) Percepatan Pembangunan Kilang Minyak diterbitkan untuk memuluskan proyek prioritas tersebut. Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution dalam keterangan resminya.
"Kita membangun kilang terakhir 25 tahun yang lalu. Ada banyak orang yang senang tidak ada kilang di sini, sehingga perlu waktu lama agar kita bisa bangun kilang lagi," ucap Darmin di Jakarta, Kamis (7/1/2016).
Baca Juga
Pembangunan kilang minyak, sambungnya masuk dalam paket kebijakan ekonomi jilid VIII. Pemerintah membuka pintu lebar-lebar kepada pihak swasta untuk berinvestasi di pembangunan kilang minyak. Selain itu, pembangunan kilang minyak akan dikombinasikan dengan sektor petrokimia.
Skema pembangunan kilang minyak selama ini adalah penugasan kepada PT Pertamina (Persero) atau Pertamina yang bekerja sama dengan swasta. Ke depan, pemerintah akan memperbolehkan pihak swasta untuk membangun kilang di Indonesia.
Namun pemerintah memberikan syarat kepada pihak swasta yang ingin membangun kilang di Indonesia. Syarat tersebut adalah produk hasil kilang tersebut harus dijual ke Pertamina. "Produknya memang harus dijual ke Pertamina karena Pertamina yang menjamin distribusi dari hasil kilang ke seluruh Indonesia," jelas Darmin.Â
Untuk diketahui, pemerintah mendorong pembangunan kilang minyak karena Indonesia belum melakukan pembangunan kilang minyak selama 25 tahun lalu, di mana pembangunan kilang minyak terakhir dilakukan pada 1994 di Balongan dengan kapasitas saat ini 125 ribu barel per hari.
Dalam rangka ketahanan energi, perlu dilakukan pembangunan kilang baru dengan kapasitas 300 ribu barel perhari yang akan dapat membantu mengurangi gap permintaan.
Dengan pembangunan kilang minyak baru dan upgrade kilang eksisting, maka proyeksi produksi BBM akan meningkat dari 852 ribu barel per hari pada 2015 menjadi 1,9 juta barel per hari di 2025.
Kebutuhan BBM dapat semaksimal mungkin dapat dipenuhi dari dalam negeri dan mengurangi dari ketergantungan impor dan dapat meningkatkan ketahanan energi nasional. Dengan terpenuhinya kebutuhan BBM dari produksi kilang dalam negeri, maka harga jual BBM kepada dunia usaha dan masyarakat dapat ditekan lebih murah. (Fik/Gdn)
Advertisement
Untuk lebih lengkapnya, baca: Ekonomi Indonesia Sebenarnya Seperti Apa?
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6