Sukses

‎Dirut Bank Permata Yakin BI Pangkas Suku Bunga Acuan

Bank Indonesia (BI) menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) selama dua hari, dimulai pada hari ini (13/1/2016).

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) selama dua hari, dimulai pada hari ini (13/1/2016). Rapat tersebut akan menentukan nasib tingkat suku bunga (BI Rate) yang saat ini ada di level 7,5 persen. Para Bankir pun optimistis, BI akan menurunkan suku bunga acuannya.

Salah satu bankir yang yakin bahwa BI akan menurunkan suku bunga adalah Direktur Utama PT Bank Permata Tbk, Roy Arman Arfandy. Dengan penuh percaya diri Roy memperkirakan BI akan memangkas BI Rate pada hasil RDG kali ini. 

"Saya melihat memang indikasi untuk penurunan ada karena tanda-tanda turun ada. Tapi saya tidak mau mendahului BI," ujarnya saat ditemui di Shangrila Hotel, Jakarta, Rabu (13/1/2016).

Menurut Roy, tanda-tanda ‎penurunan BI Rate terlihat jelas dengan merujuk pada data indikator makro maupun industri jasa keuangan perbankan, seperti inflasi dan likuiditas perbankan.

"Inflasi kita cukup rendah dan likuiditas di perbankan cukup baik. Ini merupakan beberapa indikator mendorong penurunan suku bunga," terangnya.

Meskipun demikian, Roy enggan memprediksi penurunan tingkat suku bunga ‎BI Rate. Namun ia meyakini, pemangkasan bakal terjadi secara bertahap. "Mungkin turunnya (BI Rate) tidak akan banyak dan dilakukan bertahap," ucapnya.

Bank Permata, dijelaskannya, akan memfokuskan diri penyaluran kredit pada sektor-sektor yang mendorong pertumbuhan ekonomi domestik, industri penunjang infrastruktur serta industri yang berbasis makanan dan minuman.

"Penyaluran kredit akan diarahkan ke sana. Untuk pertumbuhannya, targetnya konservatif dulu sekitar 10 persen. Tapi nanti kalau ada ruang revisi, kita akan lakukan itu di pertengahan tahun," jelas Roy.

Sementara untuk kinerja Bank Permata sepanjang tahun lalu, sambungnya, masih dalam proses konsolidasi perhitungan. Namun Roy mengaku, tantangan yang cukup banyak di 2015 mempengaruhi ‎kinerja keuangan perseroan.

"Nanti akan kita umumkan, tapi kondisinya tidak sebaik tahun-tahun sebelumnya. Banyak tantangan karena ada perlambatan ekonomi, sehingga terjadi kenaikan Non Performing Loan/NPL (kredit macet) dan memberikan dampak dari profitabilitas bank-bank," pungkas Roy. 

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia juga berharap agar BI menurunkan tingkat suku bunga acuannya sebesar 0,5 persen hingga 1 persen di 2016 ini. Dengan demikian diharapkan dunia usaha di dalam negeri mampu bersaingan dengan negara-negara lain, terutama saat berlangsungnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia, Suryani SF Motik mengatakan, dirinya memahami langkah BI yang menahan tingkat suku bunga acuannya pada level 7,5 persen selama 11 bulan terakhir. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikan suku bunganya.

"Karena kan ada ketakutan dari The Fed. Tapi sekarang nyatanya The Fed sudah menaikan. Dan untungnya pasar tidak terlalu berpengaruh, cuma 1-2 hari saja setelah itu normal lagi,"


Namun demikian, BI diharapkan bisa menurunkan suku bunga acuannya pada tahun depan sehingga semakin banyak permodalan yang bisa disalurkan ke sektor usaha. "Maka 2016 itu waktu yang tepat untuk BI turunkan lagi, sehingga pertumbuhan penyaluran kredit bank bisa tinggi. Kalau tidak, kita tidak bisa berharap pertumbuhan ekonomi 7 persen," kata dia.

Suryani mengungkapkan, jika ingin penurunan BI rate ini langsung berdampak signifikan bagi sektor usaha, maka setidaknya BI harus menurunkan suku bunga acuannya sebesar 0,5 persen-1 persen.

"Sekarang kan masih 7,5 persen. kalau misalnya turun 0,5 persen-1 persen. Itu efeknya luar biasa. Kalau jadi 6,5 persen itu akan lain efeknya. 0,5 persen turun saja sudah luar biasa. Kita tidak tuntut yang lain-lain, sementara negara tetangga bunganya 5 persen," tandasnya.

BI sendiri telah memberikan sinyal bakal menurunkan BI Rate pada tahun depan. Namun penurunan suku bunga acuan tersebut masih harus mempertimbangkan indikator makro ekonomi Indonesia, termasuk inflasi yang rawan meningkat di 2016.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo mengaku, keputusannya untuk tetap mempertahankan level suku bunga 7,5 persen sangat beralasan. Salah satunya ketidakpastian kondisi ekonomi global meskipun data-data ekonomi di dalam negeri telah menunjukkan tanda-tanda perbaikan.

"Keputusannya bertahan pada BI Rate yang sekarang karena melihat kondisi eksternal yang masih menjadi perhatian walaupun perbaikan data di domestik terus berlangsung," ujar dia.

BI, sambungnya, membuka opsi penurunan suku bunga atau pelonggaran moneter lainnya pada tahun depan dengan dukungan data dan informasi. Semua ini akan dievaluasi dalam Rapat Dewan Gubernur pada Januari 2016. (Fik/Gdn)


**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Video Terkini