Liputan6.com, Jakarta - Perbankan Indonesia masih dihadapkan ketidakpastian pasar keuangan dunia di tahun ini. Berbagai tantangan akan menghadang perjalanan bisnis bank-bank nasional, terutama pertumbuhan dana bukan kredit macet (Non Performing Loan/NPL).
"Pertumbuhan dana jadi tantangan besar perbankan tahun ini, bukan NPL," tegas Deputi Komisioner Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Irwan Lubis ‎saat ditemui di acara Seminar Konglomerasi ‎Jasa Keuangan di Indonesia, Jakarta, Rabu (13/1/2016).
Baca Juga
Dijelaskannya, dengan rasio kredit terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) atau Loan to Deposit Ratio (LDR) hampir menyentuh level 90 persen, sangat sulit bagi perbankan mencapai pertumbuhan kredit.
Advertisement
Baca Juga
"Ini yang menjadi tantangan untuk mencari strategi membangun funding tepat dan benar. Karena pertumbuhan dana menjadi salah satu sumber utama pertumbuhan kredit," ucap Irwan.
Menurutnya, OJK telah menerima Rencana Bisnis Bank (RBB) 2016 dari 118 bank. Saat ini sudah mulai dilakukan proses dengan pengawas bank untuk memperoleh pandangan target-target dalam RBB agar bisa tercapai. Dari rencana bisnis tersebut, sambungnya, laporan total aset secara industri diperkirakan tumbuh 12,5 persen.
Dikelompokkan, bank Buku I sebanyak 46 bank menargetkan aset tumbuh 20,18 persen, Buku II aset 48 bank tumbuh 13,15 persen, sebanyak 20 bank Buku III tumbuh 10,79 persen dan Buku IV sebanyak 4 bank memasang target aset naik 13,16 persen.
Laporan RBB mencakup juga, pertumbuhan kredit secara industri‎ sebesar 13,98 persen. Buku I pertumbuhan kredit ditargetkan 22,15 persen, 15,53 persen untuk Buku II, Buku III tumbuh 11,44 persen dan Buku IV 18,85 persen. Dari sisi kecukupan modal (CAR), pertumbuhannya untuk seluruh industri bank 13 persen. Buku I 20,35 persen, Buku II menargetkan 17,01 persen, 10,67 persen Buku III, dan 12,87 persen untuk Buku IV.
"RBB ini nanti akan kami komunikasikan dengan manajemen bank, seperti pertumbuhan kredit, aset dan DPK. Dari data yang diterima, masih ada optimisme di perbankan bahwa pertumbuhan tersebut 2016 lebih baik dibanding tahun lalu‎," jelas Irwan.
Lebih jauh kata Irwan, perbankan nasional mengalami tekanan dari faktor pelemahan ekonomi global maupun domestik, seperti pertumbuhan ekonomi, harga komoditas anjlok, depresiasi kurs rupiah sehingga berdampak ke sektor keuangan. Namun sektor perbankan meski melambat di tahun lalu, pertumbuhannya masih dinilai baik.
"Tahun lalu, kualitas kredit bisa dijaga dengan baik. Meski NPL. Naik 2,56 persen‎ tahun lalu dari 2,04 di 2014, ini masih wajar karena hampor semua sektor perbankan melambat. Yang menyumbang NPL cukup besar, sektor konstruksi," paparnya.
Dengan pengelolaan sistem perbankan dengan prinsip kehati-hatian (prudent), Irwan bilang, membuktikan investor di berbagai negara masih tertarik menanamkan modalnya di bank-bank nasional. "Tapi tergantung kita, apa perbankan kita rela dibesarkan oleh asing. Keputusannya ada di legisla‎tif dan eksekutif pemerintahan," pungkas Irwan. (Fik/Zul)