Sukses

Ada Cuaca Ekstrim, Produksi Gula Nasional 2016 Diprediksi Turun

Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi produksi gula nasional pada 2015 yang mencapai 2,49 juta ton.

Liputan6.com, Jakarta Asosiasi Gula Indonesia (AGI) memperkirakan produksi gula nasional pada tahun ini turun menjadi sebesar 2,3 juta ton. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi produksi gula nasional pada 2015 yang mencapai 2,49 juta ton.

Direktur Eksekutif AGI Tito Pranoloh mengatakan, salah satu faktor yang menyebabkan produksi gula mengalami penurunan pada tahun ini adalah cuaca (agroklimat) ekstrim dan kekeringan ‎yang telah berlangsung sejak tahun lalu. Ini akan memberikan pengaruh pada capaian produksi gula di 2016. 

‎"Di 2016 akan sangat dipengaruhi oleh cuaca, kita perkirakan 2016 situasi tidak lebih baik dari 2015. Bahkan akan lebih buruk jadi produksi akan menurun lagi," ujarnya di Jakarta, Rabu (13/1/2015).

Sementara itu, Senior Advisor AGI Yudi ‎Yusriadi, menjelaskan, tanaman tebu baru yang ditanam sejak awal 2015 mengalami stagnasi pertumbuhan akibat kekurangan air. Hal ini berpotensi menurunkan produktivitas tebu dari 67,6 ton per hektar (ha) menjadi 66 ton per ha.

Demikian juga dengan tingkat rendemen tebu yang diperkirakan akan mengalami penurunan dari 8,28 persen pada 2015 menjadi 7,75 persen pada tahun ini.

"Rendemen tahun ini diperkirakan turun dibanding 2015. Pada 2015 secara nasional (rendemennya) 8,28 persen karena dipicu iklim kering sehingga proses pembentukan gula dalam tanaman tebu lebih cepat. Rendemen di 2015 ini tertinggi sejak 25 tahun terakhir. Tingkat rendemen tertinggi lainnya yaitu pada 2012 yang sebesar 8,13 persen," jelasnya.‎

Sedangkan untuk luas lahan tanam, Yudi mengungkapkan, pada tahun ini tidak ada penambahan luas lahan yang berarti. Meski demikian ada kenaikan luas di beberapa tempat khususnya dengan adanya perluasan kebun baru sehingga luas lahan di 2016 diperkirakan menjadi 451 ribu ha, atau naik jika dibandingkan pada 2015 yang sebesar 446 ribu.

‎"Luas 2016 tidak jauh berbeda dengan 2015, relatif sama, ada beberapa tempat relatif turun. Tapi di daerah pengembangan ada di Jawa Tengah, Pantura. Ada ‎kenaikan 3.000 ha-5.000 ha, karena ada penambahan di lahan tebu rakyat," tandasnya. (Dny/Zul)