Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha industri hasil tembakau mengatakan langkah pemutusan hubungan kerja (PHK) yang melanda industri ini bukan karena melesunya sektor industri ini. Menurut pengusaha, ini imbas dari banyaknya kampanye negatif soal rokok.
Menurut Ketua Umum Gabungan Perserikatan Rokok Indonesia (Gappri) Ismanu Sumiran, tudingan terjadinya PHK semata karena industri melesu adalah cara pandang keliru.
Baca Juga
Dikatakan, justru dalam 10 tahun terakhir PHK makin membesar akibat kampanye negatif kelompok antitembakau dari lembaga lain. "Seperti Yayasan Lembaga Konsume Indonesia (YLKI), Komnas Perlindungan Tembakau, dan diikuti pemerintah dengan program 'diversifikasi tanaman tembakau'," kata dia di Jakarta, Jumat (15/1/2016).
Advertisement
Industri juga membantah tudingan potensi kapitalisasi yang ditujukan terhadap pelaku industri hasil tembakau (IHT).
Kelompok antitembakau menuding Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) Nomor 63/M-IND/PER/8/2015 tentang Peta Jalan (Roadmap) Produksi Industri Hasil Tembakau (IHT) Tahun 2015-2020 tak memperhatikan sektor kesehatan.
Dia menegaskan, dengan kontribusi IHT melalui pungutan cukai dan pajak yang sudah mencapai 65 persen masuk ke kas negara, IHT diklaim sebagai BUMN yang dikelola swasta.
"Karena itu, yang benar sesungguhnya IHT bersama pemerintah bersinergi membangun potensi," tegas Ismanu.
Baca Juga
Ismanu menambahkan, anggapan Permenperin 63 menihilkan sektor kesehatan juga berlebihan. Konstitusi Negara Indonesia menitahkan, negara wajib berlaku adil dan memberikan kesempatan seluasnya bagi semua pihak untuk berusaha.
"Sudah menjadi tugas proporsional dari Kemenperin untuk memaksimakan potensi industri termasuk IH," tegas dia.
Perihal di sektor kesehatan, ada Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang bertanggung jawab mengurusinya. Di mana, instansi ini juga bertanggung jawab terhadap bahaya gas buang kendaraan bermotor atau junk food yang dinikmati anak-anak muda Indonesia.
Bahkan, lanjut dia, industri keretek telah memunculkan rokok nasional yang khas Nusantara. Keretek bahkan mampu menggantikan dominasi sigaret putih mesin (SPM), rokok tanpa cengkih yang diproduksi hampir semua industri rokok multinasional. (Nrm/Ahm)*
Â