Sukses

Teror Thamrin Tak Pengaruhi Bisnis Perhotelan

Jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia pada 2015 lalu hanya di kisaran 10 juta wisatawan.

Liputan6.com, Jakarta - Para pengusaha hotel memperkirakan pertumbuhan bisnis perhotelan pada tahun ini maksimal kisaran 10 persen. Rendahnya pertumbuhan bisnis perhotelan tersebut bukan akibat adanya teror ledakan di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, namun lebih disebabkan karena jumlah kamar yang ada lebih banyak dibanding tingkat kunjungan wisatawan.

Ketua Umum PHRI, Haryadi Sukamdani mengatakan, jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia pada 2015 lalu hanya di kisaran 10 juta wisatawan. Sedangkan jumlah kamar hotel yang tersedia saat ini di seluruh Indonesia sudah mencapai ratusan ribu unit. Menurut Haryadi, jumlah pasokan kamar hotel yang ada terlalu banyak sehingga dengan jumlah kunjungan wisatawan yang ada saat ini belum bisa mendorong pertumbuhan bisnis perhotelan.

"Jadi kondisi saat ini pasokan kamar lumayan besar. Kami punya kamar di seluruh Indonesia mencapai 270.500 unit kamar," ujarnya di Jakarta, Senin (18/1/2016).

Untuk 2016 ini, Kementerian Pariwisata menargetkan Pertambahan jumlah kunjungan wisatawan asing hanya 2 juta wisatawan atau menjadi 12 juta wisatawan. Dengan jumlah kamar hotel yang begitu besar, lanjut Haryadi, pihaknya memperkirakan pertumbuhan bisnis hotel pada tahun ini hanya di kisaran 10 persen.

"Tahun ini paling tumbuh 10 persen, itu maksimal. Penyebabnya jumlah kamarnya tidak sebanding, kami hitung ‎dari volume yang masuk, okupansinya tidak akan naik besar karena jumlah kamarnya terlalu banyak, jadi kenaikan okupansinya tidak terlalu besar. Mungkin rata-rata hanya 5 persen," tambahnya.

Sementara, terkait dengan aksi teror ledakan yang terjadi di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, pada Kamis 14 Januari 2016, Haryadi menyatakan hal tersebut tidak akan memberikan pengaruh besar pada pertumbuhan bisnis perhotelan pada tahun ini. Pasalnya kejadian tersebut terjadi pada saat low season.

"Ada pengaruh, tapi tidak besar dan tidak terlalu lama. Apalagi biasanya pada awal tahun memang biasanya agak sepi. Mungkin kalau peak season, bisa jadi pada batal kunjungan wisatawan ke Indonesia. Karena ini low season makanya pengaruhnya tidak besar," tandasnya.

Sejumlah warga negara asing (WNA) juga tidak terlalu khawatir dengan kondisi keamanan di Indonesia. Kebanyakan mereka masih menganggap Indonesia sebagai tempat yang aman. Salah satunya adalah Kelly, perempuan asal Australia ini mengaku merasa nyaman dengan kondisi Indonesia karena masyarakat di sini tidak tampak ketakutan dengan teror yang dilakukan.

"Kami menjadi berani karena orang Indonesia tidak takut. Kami tetap merasa aman," ujar Kelly di care free day, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Minggu (17/1/2016).

Bersama dengan teman-temannya yang bekerja di Indonesia, Kelly juga berjanji turut mendukung gerakan tidak takut teror yang mulai diprakarsai masyarakat Indonesia sejak peristiwa kemarin. "Kami tetap menikmati Indonesia. Dan kota ini akan tetap menjadi favorit kami," kata perempuan tersebut.

Sementara itu, kawasan yang sempat menjadi arena baku tembak antara pihak kepolisian dengan pelaku teror menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Jakarta. Mereka tampak menikmati hari bebas kendaraan yang digelar hari ini.

Tidak hanya berolahraga, sejumlah aktivitas juga dilakukan di tempat ini. Seperti orasi mengenai perlawanan aksi teror, pagelaran seni tari dari daerah Kalimantan, hingga berfoto-foto di lokasi kejadian. (Dny/Gdn)


**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6