Sukses

Tapak Bisnis Pusat Perbelanjaan di 2016

Pusat perbelanjaan selama bertahun-tahun menjadi salah satu sektor penopang perekonomian nasional seiring kenaikan daya beli masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta - Berbatik biru tua berlengan panjang, Presiden Joko Widodo (Jokowi) tiba di pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta Pusat sekitar pukul 13.45 WIB pada Jumat (15/1/2016).

Keluar dari mobil Kepresidenan RI 1, melalui pintu belakang, Jokowi langsung blusukan ke gerai-gerai yang ada di pusat perbelanjaan yang berdiri sejak puluhan tahun itu. Jokowi menyempatkan menyapa warga di area parkiran.

Tiba di gerai parfum, Jokowi melihat-lihat barang yang dijual seraya menyapa 5 penjaga gerai. "Silakan lihat-lihat Pak," sambut para stand promotion girl (SPG) dengan senyum ramah.

Kedatangan Jokowi bukanlah tanpa maksud dan sekonyong-konyong dilakukan tanpa sebab. Orang nomor satu di Indonesia ini, ingin menunjukan kepada dunia jika pusat perbelanjaan Sarinah aman bagi siapapun yang berkunjung.

Maklum sehari sebelumnya pada Kamis (14/1/2016) lokasi di sekitar Sarinah menjadi tujuan aksi teror bom yang dilakukan sejumlah orang dan menewaskan beberapa orang.

Pusat perbelanjaan menjadi sasaran karena fungsinya sebagai lokasi berkumpul masyarakat dari kelas apapun untuk sekedar hang out ataupun berbelanja.

Pusat perbelanjaan selama bertahun-tahun menjadi salah satu sektor penopang perekonomian nasional seiring kenaikan daya beli masyarakat Indonesia.

Mal skala besar dan kecil hadir dengan berbagai konsep. Masyarakat seakan mendapat pilihan lokasi untuk menghilangkan penat dan berkumpul bersama keluarga di akhir pekan.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menyambangi pusat perbelanjaan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Jumat (15/1). Kunjungan singkat  tersebut guna memastikan situasi Ibukota kembali normal pasca serangan teror. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Pertumbuhan melambat

Jika beberapa tahun lalu, lokasi pusat perbelanjaan berupa mal menjamur di ibukota, berbeda dengan saat ini. Penurunan kondisi perekonomian turut memangkas rencana investasi pusat perbelanjaan di ibukota.

Data Colliers, pada kuartal IV 2015, mencatat pasokan sektor ritel di Jakarta terbilang sepi dengan hanya adanya satu mal yang resmi dibuka yaitu One Belpark di kawasan Fatmawati Jakarta Selatan. Mal dengan konsep mixed-use development ini menambah pasokan ruang ritel hingga 23.650 meter persegi.

Dua mal lain yaitu Mal at Pancoran dan Pantai Indah Kapuk Mal gagal untuk menyelesaikan proyeknya di penghujung 2015. Mal ini baru selesai pada 2016. 

Ketua Umum DPP Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Handaka Santosa mengatakan, langkah para pengusaha untuk mengembangkan pembangunan pusat perbelanjaan ke luar Jakarta merupakan jalan keluar dari kondisi perekonomian yang kurang baik.

"Tahun 2016 dibanding 2015 saat ini orang mulai planning karena tidak bisa berendam terus keadaan ekonomi kurang bagus. Pertumbuhan lebih banyak di luar Jakarta, Semarang, Solo Jawa Tengah akan pesat ‎termasuk di luar Jawa seperti Palembang, Jambi, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Banjarmasin," kata dia.

Apalagi, ‎pertumbuhan pusat belanja tahun 2015 kurang baik, terlebih karena adanya isu moratorium di Jakarta.

"Dibanding 2014 kenaikan jumlah pusat belanja nggak besar, terutama di Jakarta hanya menyelesaikan yang belum selesai karena isu moratorium saya sebut isu karena tidak ada Pergub, Perda yang mengatur kalau buka Jakarta Timur masih terbuka di Klender belum ada mal masih terbuka mal. Itu usaha mengurangi daerah yang padat di pusat," jelasnya.

Sementara, jumlah kunjungan ke pusat belanja variatif. Namun, di wilayah pusat bisnis pertumbuhan pengunjung cenderung mendatar. ‎Namun, di luar pusat bisnis justru mengalami peningkatan pesat.‎

"Kemudian destinasi belanja, segmen bukan hanya atas, bukan hanya Plaza Indonesia, Plaza Senayan, Senayan City, tapi juga kelas bawah. Tendensinya masing-masing ada. Misa‎l seperti Tanah Abang kan punya pelanggan sendiri, yang setiap hari datang," tutup dia.

Pengembangan pusat perbelanjaan diarahkan ke luar Jakarta

Sejumlah pengunjung tetap berbelanja dan beraktivitas seperti biasa di Mal Grand Indonesia, Jakarta, Jumat (15/1/2016). Pasca serangan teroris yang terjadi di Kawasan Thamrin tidak berdampak besar pada pusat perbelanjaan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Lokasi yang sudah tak memadai dan aturan moratorium di ibukota mendorong pengusaha pusat perbelanjaan mengarahkan pembangunan ke luar wilayah Jakarta dan Pulau Jawa pada tahun ini. Alasannya, pertumbuhan pusat belanja pada tahun lalu yang terpusat di Jakarta kurang baik.

Pilihan pengusaha jatuh ke area Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) sebagai sasaran untuk mengembangkan pusat perbelanjaan baru.

Seperti di Tangerang, meskipun pada 2015 hanya ada satu pasokan mal baru, yaitu AEON Mal BSD City, namun di tahun 2016-2018, penambahan ruang ritel akan melonjak sampai 580.000 meter persegi. Dua proyek yang diprediksi selesai pada 2016 adalah Bekasi Trade Centre 2 dan Q Big BSD.

Jika dibagi menurut area, Bekasi dan Bogor merupakan penyumbang area terbanyak yang menambah jumlah pusat perbelanjaan di masa depan. Bekasi akan berkontribusi sebesar 319.000 meter persegi ruang ritel dengan tujuh pusat perbelanjaan.

Sedangkan untuk Bogor, 60 persen ruang ritelnya didominasi oleh Aeon Mal Sentul. Mal ini nantinya yang akan menambah pasokan ruang ritel hingga 168.000 meter persegi. Beberapa mal lainnya ialah Metropolitan Mal Cileungsi (2017), Vivo Sentul Lifestyle Cibinong (2018), dan Vivo Sentul Trademall Cibinong (2018).

2 dari 2 halaman

Teror Bom Susutkan Omzet Pengusaha Mal

Serangan bom di kawasan Sarinah, Thamrin, Jakarta Pusat, sempat membuat pengusaha pusat perbelanjaan terhenyak. Sebab tragedi ini diprediksi akan membuat masyarakat sementara waktu menunda kedatangan ke pusat perbelanjaan.

Seusai aksi bom, dari 76 mal di Jakarta, beberapa mal yang berada di sekitaran lokasi pemboman ditutup‎ sebagai langkah antisipasi awal.

Sedangkan mal atau pusat perbelanjaan yang lain masih beroperasi seperti biasa. Manajemen mal paling hanya menutup pintu utama, karena tidak mau sembarang orang menyusup masuk membawa benda berbahaya. Tapi pengunjung masih bisa datang, belanja.

Namun demikian, Handaka Santosa mengakui akibat teror bom tersebut, penjualan di mal turun signifikan hingga 20 persen.

"Rata-rata penurunan 20 persen ‎dalam penjualan, tapi ini bukan kerugian ya, melainkan penurunan income. Sementara Mal Sarinah sampai 100 persen karena tidak ada income dan pengunjung yang datang," jelas dia.

Seiring waktu, omset pengusaha diprediksi akan kembali pulih.

Jurus Pengelola Mal Tarik Pengunjung

Kini para pengelola mal menerapkan berbagai cara untuk memulihkan keadaan. Dimulai dari usaha pengusaha memperketat pengamanan di pusat belanja. Pengelola pusat belanja menjalin kerja sama dengan Kepolisian dan TNI.

Semua pengunjung yang akan masuk di pusat perbelanjaan itu diperiksa oleh petugas.Puluhan polisi bersenjata laras panjang siaga di setiap pintu masuk. Mereka memeriksa barang bawaan berupa tas hingga celana dan semua anggota badan pengunjung.

Pemeriksaan serupa juga dilakukan untuk kendaraan yang akan masuk mal. Biasanya hanya diperiksa dengan metal detector, kini petugas kepolisian dari Polres Metro Tangerang memeriksanya dengan detail. Mulai dari bangku depan, bangku supir, bangku tengah atau penumpang, bagian belakang dan bagasi, kolong mobil, hingga tas yang dibawa para penumpang.

Tak hanya dari eksternal, pengusaha juga melakukan pengamanan dari sisi internal. Caranya dengan memberikan pemahaman kepada karyawan jika keamanan pusat belanja adalah kebutuhan bersama.

Pengusaha mengaku optimistis bahwa kunjungan masyarakat ke pusat belanja segera membaik. "Yah, kalau dilihat seseorang sesuai kebutuhan kalau hari tertentu drop akan digantikan hari lain. Tidak ada penurunan yang berarti," dia menandaskan.(Nrm/Gdn)

Live dan Produksi VOD