Sukses

Siap-siap Gagal Menabung Jika Masih Percaya 4 Mitos Ini

Kurangnya pengetahuan dan salah memahami soal keuangan adalah alasan mengapa mitos-mitos keuangan sedemikian dipercaya.

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini masih banyak orang yang belum melek keuangan dan masih belum lepas dari mitos yang sering beredar.

Kurangnya pengetahuan dan salah memahami soal keuangan adalah alasan mengapa mitos-mitos keuangan sedemikian dipercaya.

Apalagi kebanyakan pendidikan keuangan diperoleh dari keluarga, yang runyamnya, turut mempercayai mitos-mitos tersebut. Akibatnya, kesalahan berlangsung selama bertahun-tahun, bahkan dari generasi ke generasi.

Apa saja mitos keuangan yang sering dipercayai? Simak ini ulasannya seperti dilansir dari moneycrashers.com, Rabu (20/1/2016):

1. Bank adalah tempat terbaik untuk menyimpan uang

Bagi mereka yang memiliki akses perbankan, bank dipercayai sebagai satu-satunya tempat untuk menyimpan uang. Alasannya, bank adalah tempat yang aman untuk menyimpan uang.

Dibanding menyimpan uang di bawah kasur tempat tidur Anda, tentu bank lebih aman secara fisik. Setidaknya, kalau kena banjir atau kebakaran, uang Anda lebih aman dari kalau disimpan di bawah kasur di rumah.

Tetapi, bila dipandang dari nilainya, ternyata sama saja, entah Anda menyimpan uang di bank atau di bawah kasur. Pasalnya, menabung di bank membuat Anda kehilangan uang sedikit demi sedikit karena suku bunga yang sedemikian rendah, sehingga tidak bisa mengimbangi laju inflasi.

Belum lagi aturan bahwa tabungan terkena pemotongan pajak. Hal ini berbeda pada zaman orang tua di era 70-80an, di mana suku bunga perbankan, terutama untuk deposito, masih mampu melawan laju inflasi. Tapi tidak demikian halnya sekarang.

2. Uang yang ditabung adalah uang yang kelak dinikmati

Banyak orang percaya bahwa menabung dan mengumpulkan uang akan membuat mereka kaya. Namun menurut Steve Siebold, penulis buku `How Rich People Think`, hal itu tidak benar. “Kunci menuju kekayaan adalah pendapatan,” ujar Steve.

“Orang lebih banyak memerhatikan porsi pengeluaran di bujeting mereka. Padahal, kurangnya pendapatan yang justru membuat banyak orang dalam masalah keuangan.”

Jadi kuncinya bukan hanya mengurangi kunjungan ke kafe, tapi dengan mencari pekerjaan yang memberikan pendapatan besar, atau mencari pekerjaan sampingan, atau mengusahakan anggota keluarga agar dapat turut memiliki penghasilan. 

Gabungan dari berbagai penghasilan tersebut yang kelak baru bisa Anda nikmati. Lagipula, menurut Steve, dikutip dari Bankrate, kekayaan adalah proses non linear dan datang dari mengembangkan ide untuk menyelesaikan masalah.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya?

3. Rumah adalah investasi terbaik

 

Kalau Anda memiliki uang sangat banyak, rumah atau properti bisa menjadi aset investasi yang baik. Masalahnya, menurut Marco Robinson, penulis buku `Close the Deal and Suddenly Grow Rich`, harga rumah  saat ini sudah terlalu mahal.

Marco menjelaskan bahwa ini merupakan situasi yang berbahaya, di mana kondisinya sudah terjadi bubble atau gelembung lantaran harga yang tidak wajar, tinggal menunggu sampai meletus.

“Saat gelembung meletus, harga rumah akan berjatuhan, dan para spekulan akan merugi dalam jumlah yang luar biasa,” jelas Marco.

Contohnya, saja yang terjadi di AS saat kejatuhan subprime mortgage, di mana tak ada orang yang mengira hal itu bisa terjadi, ternyata terjadi.

4. Lebih baik bayar tunai dan gunakan kartu debit

Memang betul, jika Anda mengunakan uang tunai dan kartu debit, maka Anda tidak akan bisa berbelanja di luar kemampuan. Namun, Anda akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh diskon-diskon dan fasilitas menarik yang ditawarkan oleh kartu kredit.

Yang terpenting sebetulnya bukan menghindari penggunaan kartu kredit, melainkan disiplin dalam pengunaannya.

Bila Anda disiplin, maka suku bunga tinggi tidak bakal sempat dikenakan kepada Anda – karena Anda selalu melunasi tagihan sebelum bunga dikenakan, poin kredit Anda baik, serta Anda tetap bisa menikmati fasilitas-fasilitas unggulan yang ditawarkan kartu kredit. (Vna/Ndw)

Video Terkini