Sukses

Alasan Saham Freeport Indonesia Lebih Mahal dari Freeport-McMoRan

Freeport menawarkan divestasi saham 10,64 persen dengan harga fantastis yaitu senilai US$ 1,7 miliar ke pemerintah Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Saat harga komoditas pertambangan anjlok, PT Freeport Indonesia menawarkan divestasi saham 10,64 persen dengan harga fantastis, senilai US$ 1,7 miliar atau sekitar Rp 23 triliun. Tentu saja banyak pihak, termasuk pemerintah geger dengan harga yang dianggap tidak wajar.

Direktur dan EVP Freeport Indonesia, Clementino Lamury memberikan pembelaannya. Ia mengaku, pengajuan harga divestasi saham 10,64 persen sebesar US$ 1,7 miliar berdasarkan perhitungan investasi perusahaan dalam jangka panjang apabila kontrak diperpanjang sampai 2041.

Seperti diketahui, kontrak Freeport Indonesia mengeruk tambang Grasberg, Papua akan berakhir pada 2021. Sedangkan proses negosiasi perpanjangan kontrak baru bisa dilakukan dua tahun sebelum kontrak berakhir, yakni 2019.  

"Nilai saham itu menghitung asumsi perpanjangan operasi kami setelah 2021. Investasi yang sudah ditanamkan US$ 4,3 miliar untuk pengembangan tambang bawah tanah dan investasi US$ 15 miliar selanjutnya untuk keperluan yang sama," jelas Lamury di Jakarta, seperti ditulis Kamis (21/1/2015).

Dalam kesempatan yang sama, Juru Bicara Freeport Indonesia Riza Pratama mengklaim harga tersebut sangat masuk akal meskipun sejumlah pihak telah meragukan perhitungan Freeport Indonesia karena harga divestasi 10,64 persen lebih mahal ketimbang nilai pasar (market value) induk usahanya Freeport-McMoran.  



"Bisa saja (lebih tinggi), itu bisa saja terjadi. Itu kan perusahaan induk. Freeport Indonesia dan Freeport-McMoran lain lho," ujar Riza.

Ia menegaskan, investasi senilai US$ 15 miliar yang rencananya akan dibenamkan sebagai belanja modal pengembangan tambang bawah tanah menjadi pertimbangan Freeport Indonesia menyodorkan harga jual saham US$ 1,7 miliar.

"Kita akan melakukan investasi US$ 15 miliar untuk tambang bawah tanah sampai 2041. Itu kan proyek besar sekali, makanya kita minta kepastian pemerintah," tegas Riza.

Sebelumnya, Ramson Siagian mempertanyakan penawaran harga saham PT Freeport Indonesia yang mencapai US$ 1,7 miliar atau sekitar Rp 23 triliun.
 
Alasannya para wakil rakyat ini menganggap nilai tersebut tidak realistis mengingat saham induk usahanya Freeport McMoran di pasar modal Amerika Serikat (AS) anjlok.  

"Tolong dijelaskan kenapa pengajuan harganya besar sekali, biarpun belum tentu dijalankan. Coba klarifikasi di sini," ucap Ramson.

Politikus dari Fraksi Gerindra ini menilai, harga penawaran saham tersebut tidak wajar dengan melihat harga saham Freeport-McMoran yang terus merosot hingga saat ini seharga US$ 3,95 per lembarnya. Sementara nilai kapitalisasi pasar perusahaan tambang emas raksasa itu di bursa saham AS hanya US$ 4,8 miliar.  

"Kalau melakukan penawaran harga dalam divestasi yang realistis lah, pakai perhitungan market up to date," kata Ramson. (Fik/Ndw)