Sukses

Ekonomi Dunia Sedang dalam Masalah

Total utang yang dimiliki China naik dari 160 persen terhadap total GDP menjadi 280 persen akibat krisis yang melanda negara tersebut.

Liputan6.com, Davos - World Economic Forum yang diselenggarakan di Davos, Swiss, menyisakan berbagai fakta mencengangkan. Kondisi perekonomian China yang menurun ternyata bukanlah satu-satunya hal yang harus dikhawatirkan. Para pemimpin percaya bahwa perekonomian dunia memang sedang dalam masalah.

Seperti dilansir dari halaman CNBC, Jumat (22/1/2016), isu mengenai perekonomian China masih menjadi isu hangat yang dibicarakan. Salah satunya adalah mengenai akumulasi utang China yang cukup besar mereka gunakan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi di tengah krisis keuangan.

Data yang dikeluarkan oleh McKinsey Global Institute mengungkap bahwa total utang yang dimiliki China meningkat dari 160 persen terhadap total GDP menjadi 280 persen terhadap total GDP akibat krisis yang melanda. Perekonomian mereka yang melemah pun menjadi kekhawatiran sendiri bahwa utang yang begitu besar ini nanti akan sulit untuk dipenuhi.

Namun, China bukanlah satu-satunya hal yang perlu dikhawatirkan. Menurut The Telegraph, total utang sektor publik dan swasta di negara emerging market (EM) dunia juga meningkat dari 150 persen ke angka 185 persen dari GDP. Sebagian besar porsi utang pihak swasta didominasi oleh dolar AS. 

Hal ini diperparah akibat mata uang emerging market terus menurun terhadap greenback. Akibatnya, beban utang dalam mata uang lokal pun terus meningkat di tengah perlambatan ekonomi negara-negara emerging market. Di beberapa negara seperti Brasil, kontraksi perekonomian semakin cepat.

Kepala OECD’s review dan mantan Kepala Ekonom Bank for International Settlements, William White, mengungkap bahwa tekanan pada sistem keuangan yang ada sekarang dapat lebih dari kondisi perekonomian pada tahun 2007.

Untuk itu mereka harus berjuang menyesuaikan terhadap ekonomi global yang sedang terjadi. White menuturkan bahwa penyesuaian harus dilakukan dengan cepat untuk mengatasi masalah yang terkait dengan ketidakseimbangan global sebelum nantinya badai perekonomian global dapat kembali terjadi. (Vna/Gdn)

Video Terkini