Liputan6.com, Jakarta - Harga gas diperkirakan akan turun mengikuti jejak harga minyak dunia yang turun hingga 25 persen sejak awal tahun ini. Konsumsi melemah menjadi penyebab penurunan harga gas.Â
Executive Director at Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa menjelaskan, harga gas alam cair atau Liquid Natural Gas (LNG) untuk kawasan Asia belum banyak mengalami perubahan. Saat ini, ahrga rata-rata LNG di kawasan Asia masih di kisaran US$ 10 per MMBTU atau setara dengan harga minyak di US$ 55 per barel.Â
Berbeda, harga minyak telah mengalami penurunan yang cukup tajam sepanjang tahun ini. Di awal tahun, harga minyak masih di kisaran US$ 40 per barel. Sedangkan saat ini sudah ada di bawah US$ 30 per barel. Harga minyak telah mengalami penurunan kurang lebih 25 persen hanya dalam beberapa pekan saja.Â
"Sebenarnya kalau kita lihat, harga gas di Asia tidak banyak berubah. Jadi harga gas di Indonesia itu menggunakan referensi tersebut,"‎ kataFabby, dalamPLN Outlook 2016, di Kantor PusatPLN,Jakarta, Jumat (22/1/2016).
Baca Juga
Namun, keberuntungan Indonesia yang merupakan salah satu negara produsen LNGÂ karena harga gas tak mengalami penurunan tersebut bakal segera hilang.
Menurut Fabby, harga gas juga akan terjungkal seperti harga minyak mentah. Alasannya, konsumen terbesar LNG ‎produksi Indonesia yaitu Jepang juga berencana untuk menurunkan konsumsi. Penurunan tersebut karena industri di Jepang juga belum banyak berkembang akibat penurunan pertumbuhan ekonomi dunia.Â
Selain itu, penurunan permintaan dari Jepang juga disebabkan karena mulai kembali beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga‎ Nuklir (PLTN) yang sempat tidak dioperasikan pasca bencana Tsunami beberapa tahun lalu. "Karena reaktor nuklir akan difungsikan lagi, Japang punya 42 PLTN. Akan ada satu atau dua di restart lagi, kalau ini mengala maka akan ada penurunan permintaan gas," tutup Fabby.
Dengan penurunan konsumsi dari Jepang tersebut membuat permintaan penurunan sehingga ke depan diperkirakan pasokan LNGÂ akan lebih besar dibandingkan dengan permintaan. "Di 2016 ini harga LNG di Asia diperkirakan akan berada di bawah US$ 10 per MMBTU karena permintan dari Jepang rendah," terang Fabby.
Untuk diketahui, harga minyak beberapa waktu lalu sempat mengarah ke level positif atau naik setelah terus menerus turun. Namun pada penutupan perdagangan Rabu kemarin harga komoditas tersebut kembali tergelincir menuju ke level paling rendah sejak 2003.
Harga minyak untuk pengiriman Maret saja turun 1,5 persen. Turunnya harga minyak dipicu karena kekhawatiran kelebihan pasokan akan berlangsung lebih lama lagi.
Sedangkan harga minyak acuan Amerika Serikat West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari berada di level US$ 26,55 per barel atau turun US$ 1,91 atau 6,71 persen, meski harga tersebut naik sedikit dari perdagangan harian di level US$ 26,19. Harga ini adalah harga paling rendah sejak Mei 2003.
Sementara harga minyak acuan Brent juga turun 91 sen ke level US$ 27,87 per barel, naik tipis dari perdagangan harian US$ 27,1 per barel. (Pew/Gdn)