Liputan6.com, Jakarta - Harga daging ayam ditingkat pedagang di dalam negeri mengalami lonjakan tajam dalam beberapa hari terakhir.‎ Saat ini harga ayam dibenderol lebih dari Rp 40 ribu per kilogram (kg). Selain berdampak pada konsumen rumah tangga, kenaikan harga ini juga memberikan pengaruh pada industri pengolahan daging ayam di dalam negeri.
Ketua Umum Asosiasi Industri Pengolahan Daging Indonesia, Ishana Mahisa mengatakan, saat ini industri pengolahan harus membeli daging ayam sebesar Rp 48 ribu per kg. Padahal biasanya harga daging ayam yang dibeli industri maksimal hanya Rp 34 ribu per kg.
"Harga ayam ini kenaikannya tidak wajar. Kan kalau industri butuh ayam boneless (tanpa tulang), itu harga normal sekitar Rp 29 ribu-Rp 34 ribu per kg. Tapi sekarang industri harus beli dari pasar sekitar Rp 48 ribu-Rp 50 ribu per kg. Jadi naiknya sekitar Rp 16 ribu atau hampir 50 persen," ujarnya di Jakarta, Senin (25/1/2016).
Baca Juga
Dengan kenaikan harga sebesar ini, ‎lanjut Ishana, industri pengolahan daging untuk sementara menurunkan produksinya. Hal tersebut dilakukan untuk menekan lonjakan biaya produksi akibat kenaikan harga bahan baku.
"Sekarang terpaksa kami kurangi produksinya. Karena kami tidak bisa melakukan penyesuaian harga. Kalau batasannya di atas HPP (harga pokok produksi), kami kurangi, untuk produk tertentu tidak kami dikeluarkan," kata dia.
Menurut Ishana, agar kenaikan harga daging ayam tidak menganggu industri di dalam negeri, seharusnya pemerintah membuat aturan khusus agar industri mendapatkan pasokan ayam secara khusus.
Pasalnya dalam mendapatkan bahan baku,selama ini industri masih harus bersaingan‎ dengan konsumen rumah tangga. Padahal di dalam industri, kestabilan pasokan dan harga bahan baku sangat penting dalam menjaga keberlangsungan produksi industri.
"Karena selama ini industri dibiarkan berebut dengan pasar konsumen. Jadi pemerintah harus benahi tata niaga sistem bisnis perunggasan.," jelasnya.
‎Dalam setahun, kebutuhan daging ayam industri pengolahan mencapai 60 ribu ton, atau setara dengan 100 ribu ton ayam hidup. Jumlah tersebuthanya 4 persen dari total produksi ayam di dalam negeri yang di 2015 sebesar 3,18 juta ton. "Jadi sebenarnya ini tidak menganggu pasar," tandasnya. (Dny/Gdn)