Liputan6.com, New York - Harga minyak kembali menguat ke atas level US$ 30 per barel pada perdagangan Selasa karena para pelaku pasar berspekulasi bahwa sebagian besar produsen minyak bersedia untuk menahan produksi sehingga mampu mengurangi kelebihan pasokan yang ada saat ini.
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (27/1/2017), minyak mentah jenis Light untuk pengiriman Maret ditutup naik US$ 1,11 atau 3,7 persen ke level US$ 31,45 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan harga minyak Brent yang merupakan patokan harga global naik US$ 1,30 atau 4,3 persen ke level US$ 31,80 per barel di ICE Futures Europe.
Menteri Energi Irak mengatakan di sebuah konferensi di negara tersebut bahwa dirinya melihat tanda-tanda Arab Saudi dan Rusia akan lebih fleksibel dalam mengurangi pasokan minyak mentah yang selama ini membanjiri dunia.
Baca Juga
Wakil Presiden OAO Lukoil, perusahaan minyak terbesar nomor dua di Rusia, juga mengatakan bahwa kemungkinan besar akan mengurangi produksi di tahun ini dan diharapkan seluruh produsen minyak di negara tersebut juga akan melakukan hal yang sama.
Sebelumnya, Rusia dan negara-negara yang tergabung di dalam organisasi pengekspor minyak (OPEC) memilih untuk tidak memangkas produksi sejak 2014 kemarin sehingga mendorong harga minyak terjun bebas. Kebijakan tersebut dilakukan untuk mempertahankan pangsa pasar di tengah meningkatnya produksi dari negara-negara non OPEC.
Di 2014 dan 2015 lalu, para pejabat OPEC bertahan dengan kebijakan untuk mempertahankan produksi kecuali produsen minyak non OPEC seperti Rusia dan Meksiko juga setuju untuk memangkas produksi mereka.
Analis Tradition Energy, Gene McGillian mengatakan, sinyal-sinyal adanya pemotongan produksi keluar karena adanya ketakutan dari beberapa produsen minyak bahwa kemungkinan besar harga minyak akan merosot lebih tajam lagi. " Orang-rang kembali melakukan aksi beli setelah keluarnya pernyataan dari OPEC dan Rusia tersebut," tuturnya.
Sebenarnya, banjir pasokan tersebut tidak hanya berasal dari negara-negara anggota OPEC, Rusia dan Meksiko saja. Amerika Serikat juga turut serta menjadi penyebab penurunan harga minyak karena adannya ledakan produksi di beberapa sumur pengeboran dalam beberapa tahun terakhir. (Gdn/Nrm)