Sukses

Tangani Ledakan Thamrin, RI Banjir Pujian dari CEO Dunia

Indonesia merupakan bangsa antikekerasan, tapi tetap tegas melawan segala bentuk terorisme.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Trikasih Lembong menceritakan pengalamannya bertemu dengan para pejabat negara sampai pemimpin perusahaan besar di seluruh dunia dalam Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, pekan lalu. Hal ini disampaikannya saat Rapat Kerja Kemendag 2016.

Menurutnya, Indonesia menjadi pusat perhatian di ajang internasional ini karena dianggap mampu menangani kasus teror bom Thamrin tanpa meninggalkan kesan kekerasan sedikit pun. Event dunia ini dihadiri sekitar 2.500 peserta dari berbagai penjuru dunia.

"Ada 2.500 peserta, mulai dari pejabat negara sampai CEO perusahaan besar, seperti Exxon, Nike dan lainnya. Yang langsung terpikir oleh mereka soal Indonesia adalah teror bom Thamrin lalu. Semua memberi apresiasi ke Indonesia soal reaksi kita yang tidak berlebihan dalam menangani kasus tersebut," jelas Lembong di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (27/1/2016).

Reaksi yang proporsional dalam melibas terorisme, diakui Lembong, menunjukkan bahwa Indonesia merupakan bangsa antikekerasan, tapi tetap tegas melawan segala bentuk terorisme. Bahkan peserta WEF mengakui keunikan rakyat Indonesia.

"Mereka memberi apresiasi luar biasa untuk penanganan teror bom, bukan pakai cara yang norak, arogan, keras, tapi rendah hati, bahkan humor dan mengampanyekan 'kami tidak takut'. Mereka juga menyoroti lewat sosial media pedagang sate di Thamrin yang tetap tenang membakar satenya," kata Lembong sambil terkekeh di depan peserta raker.

Sebelumnya, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio juga memastikan insiden ledakan di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat pada Kamis 14 Januari 2016 tidak memberikan dampak yang berkepanjangan bagi pasar saham di Indonesia.

Tito mengakui, dalam waktu 1 jam setelah ledakan bom, indeks mengalami penurunan cukup tajam sebesar 1,78 persen. Namun dalam waktu tidak lama, semuanya kembali normal secara perlahan. "Semua hampir semua, langsung kok dalam waktu 1 jam 1,78 persen turun hampir semua rata dan semua hampir balik lagi," ujarnya.

Tito menilai, reaksi pasar tersebut terbilang wajar. Pasalnya ledakan bom ini terjadi di Ibu Kota dan menjadi pusat perekonomian di Indonesia. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara lain.

"Karena kaget. Semua tidak mengerti apa yang terjadi, kaget. Mereka jadi lebih pilih jual dulu. Hampir semua kok jual langsung 1,78 persen. Misal kamu punya saham tiba-tiba ada ledakan, kamu pasti lebih pilih langsung jual itu habis ledakan dong," kata dia.

Meski demikian, Tito menyatakan saat ini pasar saham Indonesia telah kembali normal. Hal ini menunjukkan, investor yang berinvestasi saham di Indonesia semakin matang sehingga tidak banyak terpengaruh. (Fik/Gdn)