Liputan6.com, Jakarta Perusahaan minyak Chevron Indonesia dikabarkan melakukan efisiensi salah satunya dengan pemutusan hubungan kerja pada karyawannya. Sebanyak 1.500 karyawan dikabarkan bakal kena PHK. Ini tanggapan dari Chevron Indonesia.
Vice President Policy Government and Public Affairs Chevron Pacific Indonesia,‎ Yanto Sianipar membenarkan perusahaannya sedang melakukan efisiensi. Namun dirinya enggan menyebut langkah yang dilakukan ini merupakan pemutusan hubungan kerja.
"Sebenarnya lebih bagus efisisensi," kata Yanto, saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Kamis(28/1/2016).
Advertisement
Yanto tak mau memberikan informasi lebih lanjut mengenai kabar ribuan karyawan Chevron bakal di-PHK. Dia juga enggan menyebut Chevron telah melakukan perampingan jumlah karyawan.
Baca Juga
"Dalam perubahan model bisnis terkait perubahan struktur dan ukuruan organisasi saya tidak bisa menyebut perampingan, ini sedang berjalan prosesnya, kami tidak bisa jauh memberi informasi," terang Yanto.
Namun doa membenarkan salah satu alasan dilakukan efisiensi adalah karena kondisi harga minyak yang belum juga membaik. Lebih jauh lagi, perseoran diakuinya melihat kondisi bisnis secara menyeluruh.
"Untuk kinerja bisnis, untuk antisipasi perubahan bisnis bukan karena harga minyak, karena kami evaluasi perubahan bisnis yang terjadi," tutup Yanto.
Sebelumnya, Indonesian Petroleum Association (IPA) ‎telah memperkirakan ada pengurangan tenaga kerja pada sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) karena anjloknya harga minyak dunia.
Presiden IPA Craig Stewart mengatakan harga minyak d‎unia diperkirakan masih di bawah level US$ 100 per barel dan akan terus berlanjut. "Rendahnya harga minyak diperkirakan berlanjut yang disebabkan kelebihan pasokan‎," katanya.
Direktur IPA Sammy Hamzah‎ menambahkan kondisi tersebut akan berdampak pada pengurangan pekerja, khususnya pekerja yang bekerja di bagian eksplorasi, yang berstatus kontrak dan subkontraktor.
"Tapi saya tidak pungkiri akan ada pelepasan karyawan dalam waktu ke depan, bahkan sudah terjadi sekarang. Bidangnya itu pertama eksplorasi. Kedua, sifatnya suportif, misal yang dua orang jadi satu orang," tutur Sammy.
Sammy menuturkan pekerja eksplorasi mengalam‎i pengurangan karena perusahaan hulu migas sedang mengurangi kegiatan eksplorasi seiring penurunan harga minyak dunia.
"Di perusahaan minyak yang pertama dikurangi eksplorasi. Korelasi dengan Indonesia, di satu pihak pemerintah bilang problem eksplorasi‎," ujar Sammy. (Pew/Zul)