Sukses

PLN Perberat Syarat Tender Proyek Listrik 35 Ribu MW

PLN menginginkan agar perusahaan yang menjadi pemenang tender adalah perusahaan yang berpengalaman di bidangnya.

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) memperberat syarat peserta yang ingin ikut dalam tender pembangunan pembangkit listrik dalam program kelistrikan 35 ribu Mega Watt (MW). Langkah yang dilakukan oleh PLN tersebut bertujuan agar hasil yang bisa didapat lebih maksimal. 

Direktur Utama PLN, Sofyan Basyir mengatakan, PLN menginginkan agar perusahaan yang menjadi pemenang tender adalah perusahaan yang berpengalaman di bidangnya dan merupakan perusahaan yang memiliki nama baik. Oleh karena itu, untuk mendapatkan perusahaan tersebut PLN mengajukan beberapa syarat yang cukup berat. 

"Jadi kami tidak ingin proyek tersebut tidak berjalan semestinya. Kami ingin perusahaan-perusahaan yang sangat berpengalaman," kata Sofyan, saat rapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (28/1/2016).

Sofyan menyebutkan syarat berat pemenang tender adalah kesanggupan memberikan garansi bank yang lebih besar dan uang muka yang lebih besar. Hal terseb‎ut menjadi takaran keseriusan untuk menjalankan proyek tersebut.

"Sebagai contoh kami ingin mereka siapkan bank garansi yang besar, uang muka yang lebih besar, karena semata mata sebagai tanda keseriusan mereka agar pengusaha tidak seperti dulu, mereka menjadi pemenang tapi tidak pernah melaksanakan proyek," tutup Sofyan.

Sebelumnya, PLN menyatakan bahwa telah menyelesaikan kontrak Independent Power Producer (IPP) dan Engineering, Procurement and Construction (EPC) sebesar 17.331 Mw. "Total jumlah kontrak IPP dan EPC yang sudah diselesaikan tahun lalu 17.331 Mw," kata Direktur Perencanaan Korporat PLN, Nicke Widyawati.

Dari jumlah tersebut, investor atau perusahaan dari China mendominasi kontrak IPP dan EPC pembangkit listrik 35 ribu Mw di Indonesia dengan porsi 46 persen. Selanjutnya disusul Jepang dengan prosentase 30 persen. Sedangkan sisanya partisipasi investor dari negara Korea, Turki, Amerika Serikat (AS), Malaysia dan dari Indonesia.

"Kita tentu memilih BUMN atau perusahaan China yang besar, sehingga kredibilitasnya terjamin. Pemerintah China juga merekomendasikan perusahaan-perusahaan kredibel yang bisa ikut tender proyek ini, jadi memang sudah sangat selektif termasuk untuk pemenang tender," jelas Nicke. (Pew/Gdn)

Â