Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkirakan tantangan perekonomian di 2006 masih sebesar di tahun sebelumnya. Oleh sebab itu, pengambil kebijakan moneter dan fiskal harus bisa menyiapkan buffer kebijakan.
Kepala Ekonom LPS Doddy Arifianto menjelaskan, risiko yang menjadi tantangan perekonomian Indonesia berasal dari dalam negeri maupun dari luar.
Baca Juga
Risiko dari luar antara lain risiko pelemahan harga komoditas. Dalam 14 bulan terakhir harga minyak dunia telah turun dari kisaran US$ 110 per barel menjadi di bawah US$ 30 per barel.
Advertisement
"Ada beberapa teori yang mendasarinya, namun kami lihat dalam waktu dekat ini belum akan di atas US$ 50 per barel," tutur dia, Minggu (31/1/2016).
Harga minyak tersebut berpengaruh kepada seluruh komoditas. Bagi Indonesia yang selama ini cukup bergantung dengan komoditas, penurunan harga minyak tersebut sudah pasti akan berpengaruh kepada perekonomian.
Baca Juga
Pengaruh eksternal ke dua adalah penurunan ekonomi China. Dalam 10 tahun terakhir perkeonomian China terus berada di atas 10 persen. Namun dalam dua tahun terakhir, perekonomian China tertekan hingga ke level 7 persen.
Karena Indonesia merupakan mitra dagang China maka penurunan pertumbuhan ekonomi China tersebut akan sangat berpengaruh memberikan tekanan kepada ekonomi nasional.
Sedangkan pengaruh eksternal lainnya adalah di sektor politik di Amerika Serikat (AS), referendum Inggirs untuk Uni Eropa dan membership Timur Tengah.
Tantangan dari domestik antara lain penurunan penerimaan pemerintah (Shortfall). Dengan penerimaan yang jatuh ini akan berpengaruh juga kepada belanja negara setidaknya dalam lima tahun ke depan.
Selain itu, ada juga risiko likuiditas karena adanya aliran dana keluar (crowding out and leakage). Jika aliran dana keluar ini terjadi terus menerus maka akan berpengaruh kepada kondisi sektor keuangan.
"Di luar itu masih ada risiko kualitas kredit dan juga pembiayaan negara pembayaran," tambah dia.
Oleh karena itu Doddy mengatakan, pengambil kebijakan moneter dan juga fiskal harus mampu mengantisipasi risiko yang dihadapi di tahun ini.
Di sisi moneter, Bank Indonesia harus mampu menjaga inflasi dan nilai tukar sehingga memberikan kepercayaan kepada pelaku pasar dan juga investor.
Sisi fiskal pun juga pun juga diharapkan bisa mengeluarkan kebijakan yang diharapkan mampu mendorong belanja. (Gdn/Ahm)