Liputan6.com, Jakarta - Pameran beasiswa studi yang diselenggarakan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) sukses menarik perhatian publik dengan jumlah peserta mencapai 12 ribu orang. Para calon penerima beasiswa ini siap memperebutkan 5.000 beasiswa studi di dalam maupun luar negeri pada 2016.
Direktur Perencanaan Usaha dan Pengembangan Dana LPDP, Muhammad Mahdum mengungkapkan, pendaftaran peserta edufair LPDP baru dibuka sekitar dua jam dari pukul 08.00-10.00 WIB telah menembus 12 ribu pengunjung.
"Per detik ini ditutup dengan yang mendaftar 12 ribu orang," ucapnya saat membuka Edufair LPDP 2016 di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (2/1/2016).
Berlangsung sehari penuh, pameran beasiswa penuh dengan booth dari perwakilan kedutaan besar dari luar negeri yang ada di Indonesia. Ada sebanyak 74 booth, 59 booth diantaranya diikuti pihak-pihak perguruan tinggi di luar negeri, 10 perwakilan kedutaan besar, 10 dari perguruan tinggi dalam negeri dan lainnya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemenkeu Hadiyanto mengatakan,LPDP saat ini mengelola dana sekitar Rp 20,6 triliun yang akan digunakan untuk beasiswa ribuan penerima. "Pemerintah berkomitmen investasi di sumber daya manusia. Karena kita sedang menikmati bonus demografi sampai 2035, di mana penduduk Indonesia kebanyakan usia produktif," terangnya.
Baca Juga
Ia berharap, penerima beasiswa LPDP dapat menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk bangsa dan negara Indonesia selepas menimba ilmu. "Kita ingin SDM kita punya wawasan global bisa bersaing dengan negara lain," tandas Hadiyanto.
Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro pun berbagai pengalaman kepada para alumni penerima beasiswa studi LPDP. Ada beberapa hal yang membuatnya iri dengan peraih beasiswa dari pemerintah seiring perkembangan zaman.
Bambang Brodjonegoro mengaku dapat mengecap studi di Universitas Illinois di Urbana-Champaign, Amerika Serikat (AS) berkat beasiswa dari pemerintah. Di Negeri Paman Sam itu, mantan Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal itu melaksanakan pendidikan formal tingkat magister 1991-1993 dan melanjutkan program doktoral di Universitas yang sama hinggaa 1995. Sementara jenjang strata satunya, ia selesaikan di Universitas Indonesia, Fakultas Ekonomi.
"Bedanya Anda (penerima beasiswa LPDP) sama saya. Waktu saya sekolah di beasiswai oleh loan atau pinjaman di APBN. Saya masih ingat namanya World Bank 21, itu proyek yang nyekolahi saya di AS," terangnya.
Sementara penerima beasiswa LPDP, kata Bambang, dibiayai murni oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam bentuk Rupiah. Bahkan lanjutnya, untuk bisa menerima beasiswa, Bambang terikat kontrak berbakti di kampus almamaternya UI setelah pulang dari menimba ilmu di AS.
"Saya waktu itu teken kontrak di UI harus ngajar, saya penuhi sampai jadi Dekan. Lalu saya pindah ke Kemenkeu. Tapi Anda semua sekarang tidak ada kontrak seperti itu. Walaupun begitu, berkontribusilah untuk negara ini sesuai bidangnya masing-masing," terang Bambang.
Hal lain yang bikin Menkeu iri dengan penerima beasiswa LPDP, adalah uang bulanan yang dikirimkan bagi setiap peraihnya. Aliran uang ini sangat berbeda saar era Bambang kuliah dengan sekarang ini. (Fik/Gdn)