Sukses

Harga Minyak Kembali Tertekan Dipicu Pasokan yang Berlimpah

Harga minyak jenis Brent untuk pengiriman April ditutup turun US$ 1,50 per barel atau 4,3 persen ke level US$ 32,75 per barel.

Liputan6.com, New York - Harga minyak berjangka di Amerika Serikat (AS) kembali mengalami tekanan yang cukup dalam setelah data persediaan di negara tersebut menunjukkan pertambahan sebesar 3,8 juta barel.

Mengutip CNBC, Rabu (3/2/2016), harga minyak jenis Brent untuk pengiriman April ditutup turun US$ 1,50 per barel atau 4,3 persen ke level US$ 32,75 per barel. Harga minyak berjangka ini sempat menyentuh level US$ 32,23 per barel atau tertekan hingga 5,9 persen dalam sesi perdagangan.

Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Maret mengalami penurunan US$ 1,74 per barel atau 5,5 persen ke level US$ 29,88 per barel.

Dalam perdagangan selama empat hari sebelumnya, harga minyak sempat reli tajam dengan kenaikan mencapai 20 persen dari posisi terendah yang pernah dibukukan pada pertengahan Januari lalu.

Pendorong penguatan harga minyak karena sinyal yang diberikan oleh Menteri Energi Rusia mengatakan bahwa kemungkinan besar Arab Saudi sebagai salah satu negara anggota OPEC menyarankan untuk menurunkan jumlah produksi.

Selain itu, Wakil Presiden OAO Lukoil, perusahaan minyak terbesar nomor dua di Rusia, juga mengatakan bahwa kemungkinan besar akan mengurangi produksi di tahun ini dan diharapkan seluruh produsen minyak di negara tersebut juga akan melakukan hal yang sama.

Namun pada pekan ini harapan tersebut musnah. Tak ada pembicaraan lebih lanjut mengenai rencana penurunan produksi tersebut.

"Semula ada beberapa harapan muncul namun karena tak ada kesepakatan maka harapan tersebut kembali sirna," jelas analis Again Capital LLC New York John Kilduff.

ia melanjutkan, dengan berbagai harapan yang sulit untuk menjadi kenyataan tersebut membuat pelaku pasar kehilangan harapan dan bisa mendorong harga minyak terjatuh lebih dalam lagi. (Gdn/Nrm)