Sukses

Prospek Ekonomi RI Diprediksi Cerah di Tengah Krisis Global

Indonesia mampu menunjukkan performa baik apabila dibandingkan dengan Negara berkembang lainnya.

Liputan6.com, Jakarta - Prospek perekonomian Indonesia dinilai masih cerah di tengah gejolak ekonomi global. Hal ini karena beberapa langkah pembangunan yang dilakukan Indonesia berefek positif terhadap perekonomian dalam negeri.

Demikian hasil analisis QNBEconomics melansir laman Gulf-times.com, Rabu (3/2/2016). Sebagai salah satu negara dengan perekonomian yang besar, Indonesia dinilai seharusnya sudah terpapar gejolak ekonomi global yang terjadi sejak tahun lalu.

Kenyataannya, Indonesia mampu menunjukkan performa baik apabila dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.

Alasan pelemahan ekonomi ini memang belum diketahui secara jelas. Salah satunya penyebab adalah aktivitas neraca perdagangan yang defisit.

Namun begitu, respons positif dari pasar justru diterima Indonesia. Hal ini dikarenakan pengeluaran pemerintah yang tinggi di bidang investasi dan kebijakan moneter yang mudah serta langkah bank sentral yang tepat dalam mendukung nilai mata uang.

Indonesia bahkan telah menjadi contoh bagi pasar berkembang lainnya.

Pelemahan ekonomi dunia sempat berimbas pada kondisi ekonomi Indonesia. Nilai utang dolar AS berimbas pada kebijakan moneter AS yang lebih ketat.

Pelemahan ekonomi China juga memberikan imbas pada perekonomian. Hasilnya, nilai tukar rupiah melemah 51 persen dari pertengahan tahun 2013 setelah The Fed mengumumkan program pelonggaran kuantitatif hingga Oktober 2015.

Pertumbuhan GDP Indonesia stagnan di level 4,7 persen selama kuartal 3 tahun 2015, dan indikator aktivitas lainnya masih menunjukkan perlambatan.

Ada beberapa langkah yang diambil pemerintah dalam menanggulangi hal ini. Pertama, pengeluaran pemerintah yang lebih tinggi 45 persen dari 2014 dapat menjadi motor penggerak perekonomian Indonesia. Hal ini dapat menarik permintaan jangka pendek dan menghambat masalah jangka panjang.

Kedua, harga minyak dunia yang sedang turun, penurunan inflasi dan mata uang yang cenderung stabil memberikan kesempatan Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga 25 basis poin atau 7,5 persen pada 14 Januari lalu. Hal ini juga dapat memberikan stimulus positif pada perekonomian.

Ketiga, langkah yang diambil bank Indonesia dalam menstabilkan Rupiah berimbas pada penguatan mata uang mencapai 5 persen.

Pemerintah berhasil menerbitkan US$ 3,5 miliar obligasi pada awal Desember untuk membiayai anggaran 2016 yang akan memberikan kontribusi untuk arus masuk modal.

Perbaikan ekonomi telah tercermin dalam pasar keuangan. Di tengah kekhawatiran investor, Indonesia mampu unggul ditengah gejolak keuangan dunia. (vna/nrm)