Sukses

Rencana The Fed Bikin Rupiah Menguat ke 13.369 per Dolar AS

Sepanjang pagi hingga siang, rupiah bergerak di kisaran 13.342 per dolar AS hingga 13.467 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Pada perdagangan kamis pekan ini, rupiah terus melanjutkan penguatan. Pendorong penguatan rupiah karena penundaan rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, Kamis (11/2/2016), rupiah dibuka di level 13.390 per dolar AS. Lebih kuat jika dibandingkan dengan penutupan pada perdagangan sebelumnya yang ada di level 13.454 per dolar AS.

Sepanjang pagi hingga siang, rupiah bergerak di kisaran 13.342 per dolar AS hingga 13.467 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah telah menguat 2,49 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di level 13.369 per dolar AS. Menguat jika dibanding dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di level 13.538 per dolar AS.

Penguatan rupiah tertinggi jika dibandingkan dengan penguatan mata uang di negara Asia Tenggara lainnya. Penguatan tersebut terjadi karena adanya tanda-tanda dari Bank Sentral AS untuk menunda pengetatan kebijakan moneter sehingga mendorong perpindahan aset ke negara berkembang.

Ekonom Mizuho Bank Ltd Vishnu Varathan menjelaskan, pernyataan Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen bahwa ada rencana dari Bank Sentral AS untuk menunda kembali kenaikan suku bunga menjadi pendorong utama penguatan mata uang di negara Asia. "Namun reli itu tidak cukup kuat. Kila lihat saja nanti setelah China selesai merayakan imlek," jelasnya.

Selain itu, membaiknya perekonomian Indonesia juga mendorong persepsi pasar untuk tetap menaruh dananya di aset-aset keuangan di Indonesia.

"Pelaku pasar telah melihat bahwa kinerja ekonomi Indonesia sudah lebih baik secara fundamental," jelas ekonom Barclays Plc singapura Wai Ho Leong.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta memperkirakan, dalam jangka menengah penguatan rupiah lebih terbuka dengan catatan harga minyak tidak turun lebih dalam.

Di Januari kemarin memang rupiah cukup tertekan karena pelemahan harga minyak yang berpengaruh kepada harga komoditas. Dengan pelemahan harga komoditas tersebut membuat neraca perdagangan Indonesia terganggu. (Gdn/Ahm)