Liputan6.com, Jakarta - Luasnya sebaran usaha budidaya rumput laut baik di sepanjang pantai maupun di areal tambak telah mengantarkan Indonesia menjadi salah satu produsen utama rumput laut dunia.
Data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat produksi rumput laut Indonesia pad 2015 mencapai 10.335.000 ton basah atau jika dikonversi menjadi 1.033.500 ton kering.
Ketua Umum Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI), Safari Azis mengatakan, di sisi lain, serapan industri dalam negeri terhadap rumput laut dinilai masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 87.429 ton kering.
“Oleh karenanya, para pelaku usaha rumput laut terus berusaha agar rumput laut itu bisa diekspor sembari membangun daya saing industri dalam negeri. Karena sebenarnya pasar luar negeri yang selama ini berkontribusi terhadap berkembangnya budi daya rumput laut di Indonesia," ujarnya dalam keerangan tertulis di Jakarta, Rabu (17/2/2016).
Dia menjelaskan, terlepas dari krisis global yang ikut memperparah pemasaran dan penyerapan rumput laut dan produk olahannya, nyatanya Indonesia masih mampu meningkatkan volume ekspornya dari 200.706 ton di 2014 menjadi 206.305 ton di 2015.
“Volume ekspornya memang naik, walaupun nilainya menurun karena rendahnya harga pembelian akibat adanya rencana pengenaan bea keluar (BK) dan larangan ekspor pada tahun 2015,” kata dia.
Menurut Azis, bukannya meningkatkan daya saing industri dan penyerapan dalam negeri pada rumput laut, ini para pengusaha dihadapkan pada wacana pengenaan bea keluar. Selain itu pengusaha juga dihadapkan oleh larangan ekspor bertahap bagi komoditas rumput laut dalam rangka hilirisasi.
“Produksi rumput laut meningkat setiap tahunnya, ada persediaan masih banyak. Kondisi sekarang ini serapan pasar rendah, kalau tidak diekspor mau diapakan persediaan itu, sementara permintaan pasar luar negeri cukup baik” jelasnya.
Azis menyatakan, para pengusaha mendukung sepenuhnya upaya pemerintah dalam penguatan dan penumbuhan industri olahan rumput laut nasional. Namun demikian, pihaknya juga mendukung pemanfaatan peluang pasar luar negeri, dengan melakukan pemenuhan bahan baku yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan industri yang dituju.
“Kita harapkan pemerintah bisa mengambil langkah-langkah yang strategis agar pengembangan komoditas rumput laut bisa optimal baik dari sisi industri pengolahannya hingga ke perdagangannya agar bisa berpihak pada petani dan pemangku kepentingan lainnya dari hulu hingga hilir,” ungkapnya.
Azis juga meminta pemerintah melakukan perlindungan tehadap sektor hulu. Pasalnya, pembatasan ekspor rumput laut memiliki dampak sosial ekonomi yang cukup serius, terutama bagi kesejahteraan petani karena rumput laut merupakan salah satu alat jaring pengaman sosial.
“Kalau ekspornya dibatasi, tentu akan merusak harga rumput laut di tingkat petani dimana pihak-pihak tertentu dapat menekan harga ke tingkat yang lebih rendah. Jika sudah begitu, petani tidak akan berminat lagi mengembangkan rumput laut,” tandasnya. (Dny/Ndw)