Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) telah menurunkan tingkat suku bunga acuan (BI rate) ke level 7 persen dari sebelumnya 7,25 persen. Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, BI juga melonggarkan kebijakan Giro Wajib Minumum (GWM) primer untuk mata uang rupiah sebesar 1 persen, menjadi 6,5 persen.
Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo mengungkapkan, dengan pelonggaran GWM Primer tersebut akan menambah likuiditas di industri perbankan, sehingga meningkatkan pendanaan untuk kredit.
"Terkait denganGWM primer yang kami turunkan, paling tidak berdasarkan kajian kami menambahliquiditas sebesar Rp 34 triliun ke pasar," kata Agus di Gedung Bank Indonesia, Kamis (18/2/2016).
Baca Juga
Agus menambahkan mengingat kebijakan GWM primer merupakan aspek teknis, perlu ada waktu penyesuaian oleh pelaku perbankan. Karena itulah, BI baru memberlakukan GWM primer untuk rupiah sebesar 6,5 persen tersebut mulai 16 Maret 2016.
Sementara itu, di kesempatan yang sama Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menambahkan, adanya kelonggaran GWM primer tersebut diharapkan dapat mempercepat dampaknya terhadap upaya peningkatan ekonomi Indonesia.
"Kalau penurunan bunga saja akan perlu waktu, dengan penambahan liquiditas GWM primer ini maka transmisi kebijakan moneter akan lebih cepat," terang dia.
Akibatnya, BI kembali merevisi target peningkatan penyaluran kredit dari sebelumnya sebesar 12,5 persen‎ menjadi 14 persen sepanjang 2016. "Ini merupakan bagian dari bauran kebijakan yang bersama kita arahkan mendorong pertumbuhan dan menjaga stabilitas," tambah Perry.Â
Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang berlangsung pada 18 Februari 2016 memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan (BI rate). Penurunan dilakukan karena ruang untuk pelonggaran kebijakan moneter semakin terbuka lebar.
Gubernur BI Agus Martowardojo menjelaskan, RDG BI memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 7 persen dari sebelumnya 7,25 persen. "Untuk suku bunga Deposit Facility juga turun jadi 5 persen dan Lending Facility pada level 7,5 persen," jelas dia.
Agus melanjutkan, keputusan BI tersebut sejalan dengan pernyataan sebelumnya bahwa ruang pelonggaran kebijakan moneter semakin terbuka dengan terjaganya stabilitas makro ekonomi, serta mempertimbangkan pula dengan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global setelah kenaikan Fed-Fund Rate (FFR).
Pelonggaran lebih lanjut akan dilakukan setelah dilakukan assessment menyeluruh terhadap perekonomian domestik dan global dengan tetap menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan. (Yas/Gdn)