Liputan6.com, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) membukukan volume produksi 81.177 metrik ton nikel. Volume produksi di 2015 tersebut merupakan volume terbesar dalam sejarah Vale Indonesia. Pada tahun sebelumnya, volume produksi yang dicapai Vale di kisaran 78.726 metrik ton.
CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia Nico Kanter melanjutkan, produksi nikel dalam matte Vale di triwulan keempat tahun 2015 mengalami pertumbuhan 8 persen lebih tinggi dibandingkan volume produksi di periode yang sama tahun sebelumnya. Produksi triwulanan tersebut juga merupakan tertinggi dalam sejarah Vale Indonesia.
Untuk volume penjualan di 2015 meningkat sebesar 4 persen dari tahun 2014 dan 12 persen lebih tinggi dari triwulan keempat tahun sebelumnya. "Namun dengan turunnya harga jual rata‐rata tahun 2015 sebesar 27 persen dibandingkan tahun 2014 karena harga nikel yang lebih rendah, maka pendapatan 2015 juga turun 24 persen," jelasnya seperti dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (26/2/2016).
Baca Juga
Biaya pokok pendapatan perseroan turun sebesar 8 persen pada 2015 dibandingkan tahun 2014. Penyebab utama penurunan biaya ini adalah turunnya biaya bahan bakar dan karyawan serta perbaikan monitoring pengeluaran diskresi.
Sedangkan beban usaha, biaya keuangan dan beban lainnya pada 2015 juga mengalami penurunan masing‐masing sebesar 20 persen, 21 persen dan 35 persen dibandingkan tahun 2014.
Nico melanjutkan, pada kuartal IV 2015 kemarin perseroan menghadapi permasalahan yang cukup menganggu. Menjelang akhir tahun, ketinggian permukaan air Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Perseroan turun mendekati batas minimum, yang berdampak pada pasokan listrik.
"Namun setelah menimbang dengan hati‐hati, manajemen memutuskan untuk mengaktifkan generator termal untuk memasok tambahan daya ke tungku listrik karena operasi masih menghasilkan margin kas positif," tutur dia.
Di awal 2016 ini, ketinggian permukaan air PLTA kembali naik karena curah hujan yang lebih tinggi. Dengan kenaikan ketinggian permukaan air, perseroan menghentikan operasi generator termalnya sejak pertengahan Januari 2016.
Penurunan ketinggian permukaan air PLTA tersebut membuat konsumsi diesel di tahun 2015 meningkat secara signifikan sebesar 37 persen dari tahun 2014. "Hal ini karena adanya keputusan untuk mengaktifkan generator termal untuk mengimbangi produksi listrik yang lebih rendah dari PLTA," kata dia.
Konsumsi diesel meningkat sebesar 79 persen di kuartal IV 2015 dibandingkan kuartal sebelumnya. Namun, konsumsi dan harga Minyak Bakar Bersulfur Tinggi (high sulphur fuel oil ‐ HSFO) menurun pada 4T15 dibandingkan dengan 3T15, yang membantu mengimbangi kenaikan biaya pemakaian diesel. (Gdn/Ndw)
Advertisement