Sukses

Survei Cigna: Indeks Kepercayaan RI Terendah

Kesehatan finansial dan kesejahteraan adalah kekhawatiran terbesar.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia menempati posisi terendah untuk indeks kepercayaan berdasarkan survei perusahaan asuransi Cigna secara global di 2015. Survei itu dilakukan terhadap 15 ribu responden dari 11 negara secara online.

CEO & President Director Cigna Indonesia Tim Shields menjelaskan, dari hasil yang dilaporkan pada skor Indeks kepercayaan (Index of Belief), dari nilai 100, Indonesia mendapat nilai 49,3.

Negara ini berada di peringkat paling bawah di survei Skor Kepercayaan dengan nilai rata-rata 53,2 dan menempati posisi paling bawah jika dibandingkan negara Asia lain seperti Korea Selatan (56,4), Tiongkok (51,0), dan Selandia Baru (62,4).

Indonesia baru pertama kali ikut serta dalam survei yang digelar Cigna secara global itu. Awalnya, pada 2014, survei digelar di enam negara yakni Tiongkok, Hong Kong, Korea Selatan, Selandia Baru, Thailand, dan Inggris.

Di Indonesia sebanyak 1.000 responden dari sembilan kota yakni Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Makassar, Semarang, Solo, Balikpapan, dan Bandar Lampung ikut dalam survei tersebut.

Survei yang mencakup lima indikator yakni fisik, sosial, keluarga, keuangan, dan pekerjaan itu baru selesai dilaksanakan akhir 2015.

“Responden juga ditanya beberapa pertanyaan mengenai kesehatan dan kesejahteraan untuk menilai pemahaman dan persepsi mereka tentang mitos vs fakta seputar kesehatan,” ujar Shields di Jakarta, Senin (29/2/2016).

Namun, dia mengatakan, hasil survei menunjukkan negara-negara dengan ekonomi berkembang seperti India, Tiongkok, dan Indonesia berada di tiga besar peringkat negara berdasarkan kesehatan dan kesejahteraan.

Sementara negara dengan tingkat perkembangan ekonomi lebih tinggi seperti Hong Kong dan Korea Selatan berada lebih rendah dengan Taiwan menduduki peringkat paling bawah.

Biaya hidup menjadi kekhawatiran terbesar, diikuti dengan suhu ekonomi, biaya kesehatan, dan keamanan makanan. Selandia Baru dan Thailand, dua negara itu sangat peduli pada mahalnya biaya hidup ketimbang negara lain.

Sedangkan Selandia Baru, India, dan Indonesia menjadikan semakin meningkatnya biaya kesehatan sebagai kekhawatiran terbesarnya. Lalu, Tiongkok, Taiwan, dan India lebih mencemaskan tentang keamanan makanan ketimbang negara lain.

Ia menambahkan, kesehatan finansial dan kesejahteraan adalah kekhawatiran terbesar. “Hanya 24 persen responden merasa puas dengan keuangan saat ini, sementara mayoritas yang lain menyatakan tidak puas dengan keamanan finansial atau merasa memiliki dana pensiun yang cukup,” tutur dia.

Dia menyebutkan, India, Taiwan, dan Tiongkok sangat khawatir dengan keamanan finansial mereka. Sebaliknya Inggris, Turki, dan Indonesia tidak terlalu mengkhawatirkan keamanan finansial mereka.

"Ini adalah masalah sosial, ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi kami dan nasabah kami, setiap hari," tutur Tim Shields.

Naiknya biaya hidup dan kesehatan di Indonesia, menjadi kekhawatiran kebanyakan orang Indonesia, khususnya untuk penduduk berusia 30-40 tahun.

Survei itu juga menyoroti naiknya kesadaran orang Indonesia tentang perlunya asuransi yang digaungkan pemerintah lewat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Lebih dari 70 persen responden kini terbuka untuk membeli asuransi dan 83 persen responden di luar Jakarta melihat perlunya terlindungi dengan asuransi.

“Indonesia adalah pasar yang penting untuk Cigna dan kami berkomitmen untuk memahami kebutuhan masyarakat Indonesia dan menyediakan solusi yang relevan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ini sejalan terutama pada penawaran solusi kesehatan kami,” tambah Tim Shields.

Adapun beberapa mitos yang dipercayai masyarakat Indonesia yang mempengaruhi indeks kepercayaan, antara lain seputar kanker, obesitas, stres, dan penuaan. Contoh beberapa mitos yang dipercayai masyarakat Indonesia yakni, 85 persen orang Indonesia percaya bahwa tinggal di kota yang berpolusi akan menyebabkan kanker paru-paru.

Kemudian 84 persen percaya bahwa meminum air botolan yang disimpan di mobil dalam waktu lama bisa menyebabkan kanker karena lepasnya reaksi kimia. Selain itu, 68 persen percaya bahwa penggunaan deodoran secara sering, antiperspirants, dan pewarna rambut menyebabkan kanker. Lalu, 54 persen percaya bahwa memakan sayuran hangus bisa menyebabkan kanker.

Kemudian, mitos tentang stres yang banyak dipercaya orang Indonesia, 82 persen percaya bahwa stres menyebabkan usus buntu, 72 persen percaya stres berhubungan dengan penyakit psikosomatik. Kemudian 76 persen percaya bahwa stres menyebabkan rambut beruban.

Mitos lainnya yang dipercaya, 84 persen percaya bahwa dukungan secara sosial, lebih baik untuk memiliki banyak teman, meskipun jika mereka jauh secara emosional.(Nrm/Zul)