Sukses

Ekonom Ini Sebut Harga BBM Seharusnya Rp 5.000 per Liter

Tekanan harga minyak dunia ini seharusnya diikuti penurunan harga jual eceran bahan bakar minyak (BBM) Premium.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Ekonom Bank Internasional Indonesia (BII), Juniman, meramalkan harga minyak dunia akan terus terkapar di kisaran US$ 20-40 per barel sepanjang tahun ini. Tekanan harga minyak dunia ini seharusnya diikuti penurunan harga jual eceran bahan bakar minyak (BBM) Premium.

Menurut dia, pergerakan harga minyak dunia sangat bergantung pada suplai dan permintaan di luar negeri. Perlambatan ekonomi Tiongkok dan India merupakan salah satu faktor yang menyebabkan permintaan minyak dunia anjlok, sementara suplai tidak bisa dikontrol.

"Negara-negara yang tergabung di OPEC dan Non-OPEC tidak menemukan solusi dan menghasilkan keputusan untuk memangkas produksi minyak dunia. Sehingga saya perkirakan harga minyak akan rendah sampai akhir tahun ini," ucap Juniman saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Selasa (1/3/2016).

 

Juniman memproyeksikan harga minyak dunia akan bergerak melemah pada rentang US$ 20 sampai US$ 40 per barel. Saat ini harga jual minyak dunia di pasar internasional bertengger di level US$ 32 per barel.

Dengan perkiraan tersebut, Juniman menilai ruang penurunan harga BBM subsidi maupun non-subsidi masih terbuka lebar. Jika pergerakan harga berada di kisaran US$ 30 per barel, maka ia memperkirakan pemerintah akan kembali menurunkan harga jual BBM Premium dan Solar di Maret 2016 untuk ditetapkan 1 April 2016.

"Jadi pemerintah perlu meng-adjust harga BBM, dong, karena di negara lain di dunia saja trennya menurunkan harga BBM. Kalau harga minyak dunia US$ 30-an per barel sampai akhir tahun, maka harga Premium harusnya bisa jadi Rp 5.000-Rp 6.000 per liter. Jadi jangan ditahan," ia menjelaskan.

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memproyeksikan hal yang sama terkait penurunan harga BBM di April 2016. Penyesuaian harga jual tersebut akan ikut menekan harga-harga pangan dan produk dalam negeri, sehingga pergerakan inflasi lebih rendah di 2016.

"Besaran penurunannya tergantung pemerintah karena mereka juga mau menerapkan dana ketahanan energi yang sangat penting buat kita. Kalau sewaktu-waktu harga minyak dunia naik lagi, dana itu bisa digunakan untuk menahan kenaikan harga BBM sudah tidak terlalu tinggi," ia menandaskan.