Liputan6.com, New York - Harga minyak naik pada perdagangan Senin pekan ini karena adanya ekspektasi pasar akan penurunan pasokan akibat aktivitas pengeboran minyak di Amerika Serikat (AS) mencapai posisi terendah.
Dalam satu tahun terakhir, harga minyak memang terus menerus tertekan karena kelebihan pasokan. Produksi minyak di AS tetap tinggi dan Negara-negara anggota OPEC tetap melakukan pengeboran meskipun terjadi penurunan permintaan.
Mengutip Wall Street Journal, Selasa (1/3/2016), minyak mentah jenis Light Sweet untuk pengiriman April ditutup naik 97 sen atau 3 persen ke level US$ 33,75 per barel di New York Mercantile Exchange. Angka tersebut merupakan penutupan tertinggi sejak 6 Januari 2016 lalu.
Sedangkan harga minyak Brent yang merupakan patokan global naik 87 sen atau 2,5 persen ke level US$ 35,97 per barel di ICE Futures Europe. Sedangkan harga minyak Brent untuk pengiriman Mei, yang merupakan kontrak yang paling aktif diperdagangkan naik US$ 1,13 atau 3,2 persen ke level US$ 36,57 per barel.
Baca Juga
Baker Hughes Inc mengungkapkan, jumlah sumur pengeboran di Amerika Serikat turun 12 pada pekan lalu menjadi 400 sumur. Jumlah tersebut merupakan angka terendah jika dihitung sejak 2009. Selama ini pasar minyak sering berwaksi terhadap jumlah sumur pengeboran yang beroperasi.
Produsen minyak di AS memang terus melakukan efisiensi dengan menurunkan jumlah sumur pengeboran setelah harga minyak terjun bebas menjadi di kisaran US$ 30 per barel dari semula di kisaran US$ 100 per barel.
Beberapa analis mengungkapkan, dengan jumlah sumur pengeboran yang ada saat ini, produksi akan mengalami penurunan yang cukup besar jika dibandingkan dengan tahun lalu. "Industri energi di AS telah terluka," jelas Analis Price Futures Group, Chicago, Phil Flynn.
Beberapa produsen besar di negara-negara yang memiliki sumber minyak besar juga mulai memangkas produksinya. Contohnya Petroléos Mexicanos yang merupakan perusahaan minyak milik negara di Meksiko juga telah menyatakan akan menurunkan produksi 100 ribu barel per hari menjadi sekitar 2,13 juta barel per hari pada tahun ini. (Gdn/Nrm)