Sukses

Pemerintah Akan Bangun 89 Ribu Jaringan Gas Rumah Tangga

Sambungan jaringan pipa tersebut bertujuan mengurangi konsumsi elpiji.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan pembangunan jaringan pipa gas untuk bahan bakar rumah tangga mencapai 89 ribu sambungan pada 2016. Sambungan jaringan pipa tersebut bertujuan mengurangi konsumsi elpiji.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja mengatakan, pembangunan jaringan gas rumah tangga tahun ini dilakukan di 6 kota yaitu Tarakan, Surabaya, Balikpapan, Cilegon, Batam dan Prabumulih. Pembangunan jaringan gas terbesar, berlokasi di Prabumulih dengan nilai kontrak Rp 493 miliar.

"Dalam rangka meningkatkan pemanfaatan gas bumi untuk rumah tangga, pada tahun 2016 pemerintah akan membangun 89.000 SR jaringan distribusi gas bumi (jargas) untuk rumah tangga," kata Wirat, seperti dikutip dari Situs Resmi Ditjen Migas Kementerian ESDM, di Jakarta, Rabu (2/3/2016).

Wirat menambahkan, pembangunan jaringan gas distribusi rumah tangga akan terus bertambah.  Pada 2017, akan dibangun sekitar 200 ribu SR.


Dia menuturkan, pembangunan jargas untuk rumah tangga bertujuan agar masyarakat mendapatkan energi yang bersih dan murah. Selain itu, mengurangi impor elpiji dan beralih ke gas bumi.

Saat ini pertumbuhan penggunaan elpiji mencapai 13 persen. Produksi elpiji Indonesia hanya sekitar 2,27 juta ton, padahal konsumsi mencapai 6,57 juta ton.

Karena itu, untuk memenuhinya dikatakan perlu peningkatan cadangan gas bumi dengan mendorong kegiatan eksplorasi. Pasalnya, jika eksplorasi gas bumi berjalan terus, produksi akan meningkat. Sebaliknya bila berhenti, akan sulit menemukan dan menaikkan produksi.

Sementara itu, konsumsi terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi. Sebagai gambaran, pada tahun lalu pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di urutan ketiga setelah India dan China. Ini berarti, kebutuhan gas Indonesia akan terus bertambah.

"Untuk itu, cadangan gas bumi perlu ditingkatkan. Cadangan kita di natural gas masih banyak,” tutup Wirat.(Pew/Nrm)