Liputan6.com, Jakarta - Kekeringan berkepanjangan atau El Nino yang terjadi sepanjang periode tahun lalu memicu kekhawatiran pemerintah terhadap stok pangan nasional. Periode yang dianggap menegangkan itu telah berakhir, dan hasilnya, pemerintah mampu mengendalikan laju inflasi dengan pencapaian 3,35 persen di akhir 2015.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution membuka kondisi pangan akibat terjadi El Nino di tahun lalu. Pemerintah serius mengevaluasi mata rantai distribusi pangan di Indonesia yang menyebabkan harga pangan sangat mahal, mulai dari pola penyaluran sampai pembentukan harga di masing-masing tingkatkan.
"Kami menekuni ini sejak 6 bulan lalu, dan kami sangat surprise karena persoalan panjangnya jalur distribusi sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu, bahkan tidak pernah selesai. Jadi ini pasti ada yang kurang," jelasnya saat ditemui di Gedung BTN,Jakarta, Rabu (2/3/2016).
Baca Juga
Darmin menganggap, El Nino tahun lalu merupakan periode paling menegangkan. Pasalnya dalam mengambil keputusan, pemerintah dibayang-bayangi kejadian 1998. Pada saat El Nino berlangsung di 1997, katanya, impor pangan atau beras oleh Indonesia hanya 400 ribu ton. Anehnya setelah itu, impor justru meledak.
"Jadi impor di 1998 justru 7 juta ton beras karena akibat El Nino 1997 musim tanam bergeser semua dan ini harus diantisipasi dengan impor. Bayang-bayang itu yang dikatakan paling menegangkan sehingga kita pun memutuskan impor di 2015," terangnya.
Namun demikian, mantan Gubernur Bank Indonesia itu mengaku, impor beras di tahun lalu sebagai dampak El Nino sebanyak 1,5 juta ton. Kebijakan impor tersebut tentu sudah mempertimbangkan banyak hal, termasuk para pemain impor.
"Impor bukan sekadar jumlah di belakangnya ada pemain. Pemain itu bisa memukul pemain lain, jadi perlu kecermatan ini semua. Tapi impor kemarin 1,5 juta ton, sekarang tidak impor sama sekali. Jadi ini yang perlu dipelajari bukan hanya jumlah tapi perilaku pemain juga," jelas Darmin.
Dengan situasi pangan saat ini, ditambah tarif yang diatur pemerintah (administer prices), Darmin optimistis dapat mengendalikan inflasi di kisaran 4 persen, bahkan berpotensi di bawah itu. "Tapi kalau lihat Filiphina, kita masih kalah. Ini kita jadikan proses pembelajaran mengendalikan inflasi," terangnya. (Fik/Gdn)