Sukses

Rupiah Terus Menguat hingga Sentuh Level 13.275 per Dolar AS

Pemerintah telah meminta kepada bank sentral untuk segera mengeluarkan kebijakan menurunkan suku bunga pinjaman.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat sepanjang pekan ini. Kenaikan harga minyak menjadi salah satu pendorong penguatan rupiah.

Mengutip Bloomberg, Kamis (3/3/2016), rupiah dibuka pada level 13.275 per dolar AS. Posisi tersebut menguat jika dibandingkan dengan penutupan kemarin yang ada di level 13.301 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.241 per dolar AS hingga 13.284 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah mampu menguat 3,76 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank, Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah dipatok di angka 13.260 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.314 per dolar AS.

Rupiah terus menguat dalam 10 hari terakhir, penguatan terpanjang sejak 2010 meskipun ada spekulasi bahwa Bank Indonesia tidak ingin menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate secara agresif.

Posisi rupiah saat ini merupakan tertinggi jika dihitung sejak Oktober 2015. Rupiah reli 1,6 persen jika dihitung sejak 17 Februari 2016 lalu.

Pemerintah telah meminta kepada bank sentral untuk bisa segera mengeluarkan kebijakan untuk menurunkan suku bunga pinjaman agar bisa mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Dalam wawancara dengan Bloomberg pada bulan lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan agar suku bunga acuan turun. Bank Indonesia memang telah menurunkan BI Rate pada Januari dan Februari lalu sebesar masing-masing 25 basis poin sehingga saat ini berada di angka 7 persen.

"Namun melihat realisasi inflasi pada Januari lalu, sepertinya BI tidak bisa menurunkan suku bunga acuan terlalu cepat," ucap analis nilai tukar Commonwealth Bank Australia, di Singapura, Andy Ji.

Ia melanjutkan, rupiah merupakan mata uang yang memberikan imbal hasil tinggi. "Oleh karena itu, pelaku pasar tidak menginginkan penurunan suku bunga yang agresif," ucapnya.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan rupiah melanjutkan penguatan seiring dengan kenaikan harga minyak mentah.

Pada penutupan perdagangan kemarin, harga minyak mentah untuk pengiriman April naik 0,8 persen menjadi US$ 34,66 per barel di New York Mercantile Exchange. Penguatan harga minyak tersebut mencapai level tertinggi dalam dua bulan.

Sementara itu, harga minyak Brent yang merupakan patokan harga dunia, menguat 12 sen atau 0,3 persen menjadi US$ 36,93 per barel di London's ICE Future Exchange.

Penguatan rupiah juga terjadi karena adanya sentimen penurunan dolar AS di Asia. "Mayoritas bursa saham di Asia juga menguat walaupun sentimen negatif terus datang dari China," jelas dia. (Gdn/Ahm)