Liputan6.com, Jakarta - Ketahanan energi Indonesia sangat rentan bila dibandingkan negara-negara tetangga. Bahkan, diumpamakan jika negara ini dalam kondisi perang, akan langsung kalah. Sebagai gambaran betapa minimnya simpanan energi nasional.
"Kita tidak punya cadangan nasional sama sekali. Bisa bayangkan kalau perang lima hari. Habis kita karena tidak ada BBM. Artinya energi kita situasinya kritis," ujar anggota Komisi VII DPR RI Dito Ganinduto, Senin (7/3/2016).
Baca Juga
Cadangan energi nasional untuk minyak mentah (crude oil) disebut hanya mampu selama 14 hari, bahan bakar minyak (BBM) 22 hari, dan elpiji 17 hari. Bandingkan saja dengan negara lain. Malaysia dengan penduduk hanya 28 juta jiwa, memiliki cadangan BBM 25 hari. Kemudian China berpenduduk 1,3 miliar jiwa memiliki cadangan BBM 90 hari.
Advertisement
Sementara negara maju, Amerika Serikat yang berpenduduk 310 juta jiwa, memiliki cadangan BBM 260 hari. "Indonesia, penduduknya 250 juta jiwa, cadangan BBM-nya cuma 22 hari," Dito kembali menegaskan.
Pemerintah pun menggaungkan kilang mini, sebagai solusi untuk mengantisipasi minimnya ketahanan energi ini. Aturan pembangunan fasilitas ini tengah digodok pemerintah. Pembangunan kilang mini akan ditawarkan lewat tender.
Lokasi
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) I Gusti Nyoman Wiratmaja mengakui jika Indonesia adalah negara besar namun hanya memiliki sedikit kilang minyak. Sebab itu negara ini memerlukan tambahan kilang untuk memproduksi bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri.
Pemenuhan BBM dari dalam negeri merupakan salah satu kunci ketahanan energi. Hal tersebut seperti yang diterapkan Rusia dengan memperbanyak kilang berkapasitas kecil atau kilang mini.
"Contoh di Rusia di mana-mana banyak kilang mini. Karena field jauh-jauh dan kedua siap siap perang. Kalau perang, dibom yang mana? Kalau kita cuma ada 4 kilang, dibom habis kita," dia menambahkan.
Menurut Wirat, kilang mini akan dibangun dekat sumur minyak yang produksinya rendah. Dengan dengan begitu akan meningkatkan efisiensi. Itu karena dapat memotong biaya angkut minyak mentah yang akan diolah.
Selain itu juga dapat mengamankan pasokan BBM wilayah sekitar sumur yang biasanya terpencil. Kilang-kilang minyak mini yang akan dibangun tersebut, berkapasitas rata-rata 10 ribu barel per hari.
"Di sisi hulu setelah minyak dijadikan biasanya kita transport dulu ke kilang yang cukup jauh. Dan efisiensi operasi. Kita negara besar dan banyak remote area dan marginal field. Minyak sedikit cuma 3.000 barel dan transport jauh, sehingga kalau ada kilang mini bisa dibuatkan ketahanan," ungkap dia.
Selama ini, produsen minyak atau Kontrakor Kerjasama (KKKS) yang mengelola lapangan-lapangan marjinal dengan produksi yang terbilang kecil, harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk mengangkut minyak mentah ke floating storage yang jauh letaknya.
Jika minyak dibawa ke floating storage, termasuk skema hulu yang berarti ada biaya distribusi yang termasuk cost recovery.
Sebaliknya, jika minyak hasil produksi diambil dekat mulut sumur maka termasuk skema hilir dan lebih menguntungkan karena biaya distribusi ditiadakan. Karena itulah, Pemerintah akan membangun kilang minyak mini dengan menggandeng swasta.
Bentuk Aturan
Kementerian Energi Sumber Daya Mineral(ESDM) pun menyusun Peraturan Menteri ESDM tentang pembangunan kilang minyak mini yang akan mengolah sumur minyak tua.
Peraturan Menteri perihal pembangunan kilang minyak mini ini, bertujuan meningkatkan efisiensi biaya produksi lapangan-lapangan marjinal. Peraturan tersebut diharapkan rampung pada tahun ini.
"Rencana pembangunan infrastruktur tersebut di 8 cluster yaitu Cluster I Sumatera Utara, Cluster II Selat Panjang Malaka, Cluster III Riau, Cluster IV Jambi, Cluster V Sumatera Selatan, Cluster VI Kalimantan Selatan, Cluster VII Kalimantan Utara dan Cluster VIII Maluku," kata Wiratmaja.
Direktur Pembinaan Program Migas Agus Cahyono Adi menyebutkan isi aturan tersebut, antara lain formula harga, kepastian pasokan dan insentif yang diperlukan dari daerah.
Kilang minyak mini ini akan dibangun di dekat mulut sumur lapangan-lapangan tua yang produksinya kini menurun untuk menekan biaya produksi.
"Dari skema optimalisasi lifting, ada kilang yang jauh dari tempat penjualan. Kita harus berhitung, daripada hasil produksi tersebut dibawa ke floating storage yang jaraknya ratusan kilometer dan memakan biaya, lebih optimal kita membangun kilang dekat dengan sumur minyak untuk bisa diolah dan langsung dijual produknya," ujar Agus.
Namun, kilang minyak mini ini juga memiliki kelemahan yaitu hanya dapat memproduksi Solar karena prosesnya yang sederhana. Sementara untuk memproduksi Premium dibutuhkan teknologi lebih lanjut.
Manfaat yang Dirasakan Masyarakat
Pemerintah menggagas pembangunan fasilitas pengolahan minyak mentah berkapasitas kecil (kilang mini) yang akan ditempatkan dekat sumur minyak di wilayah terpencil dan dengan produksi rendah.
Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Zikrullah memastikan, manfaat keberadaan kilang mini ini akan dirasakan langsung masyarakat sekitar sumur migas. Itu setelah Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diproduksi dari hasil pengolahan minyak mentah di kilang mini bisa langsung didistribusikan ke masyarakat.
"Sebetulnya dengan adanya kilang mini di mulut sumur akan ada dampak positif karena produk yang dihasilkan akan dirasakan langsung masyarakat sekitar," kata Zikrullah.
Sebab itu, karena mendapat manfaat langsung dari kegiatan operasi migas, masyarakat diminta bersedia ikut menjaga fasilitas tersebut. Dengan demikian, gangguan keamanan produksi migas yang berasal dari masyarakat akan hilang.
"Jadi yang selama ini operasi migas di lapangan ada gangguan, masyarakat akan ikut menjaga. Karena BBM mereka akan langsung dari wilayah penghasil," jelas dia.
Menurut Zikrullah, keberadaan kilang mini nantinya juga akan menumbuhkan perekonomian karena menciptakan industri baru, sehingga berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
Selain itu menimbulkan geliat perekonomian. Munculnya industri lain yang terkait dengan industri ini serta efisiensi biaya. "Pemda akan bangga kalau mereka punya kilang, berawal dari kilang mini," lanjut dia.
Pertamina Dapat Prioritas Membangun
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memprioritaskan PT Pertamina (Persero) sebagai operator pembangun fasilitas pengolahan minyak mentah skala kecil (kilang mini).
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja mengaku, instansinya akan melelang pembangunan kilang mini kepada swasta. Namun Pertamina dikatakan tetap mendapatkan jalur cepat untuk membangun kilang mini.
"Siapa yang kita lelang, kita undang swasta. Tentu sebagai negara kita prioritaskan Pertamina," kata Wirat.
Dia menyebutkan, adapun kriteria badan usaha yang berhak memenangkan lelang akan tertera dalam Peraturan Menteri ESDM tentang kilang mini. Di mana, salah satu syaratnya adalah memiliki kemampuan secara keuangan.
"Nanti seleksi badan usaha kita bahas. Dari kajian kami dengan bagian hukum ini cukup dalam bentuk permen," dia menambahkan.
Adapun anggaran untuk membangun kilang mini berkapasitas 2.000 barel, diperkirakan mencapai US$ 7 juta hingga US$ 8 juta.
Sebab itu, kemungkinan akan ada kebijakan harga khusus minyak mentah untuk kilang mini tersebut. Apalagi, kilang mini dibangun di dekat mulut sumur minyak.
"Mungkin dari sisi harga, harga kilang mini mirip sama IPP mulut tambang. Kan di sana harga listrik ada dispensasi dan lainnya. Harga mulut tambang ini, harga ICP dikurangi harga transportasi mulut tambang," tutup Wirat. (Nrm/Gdn)
Saksikan Live Gerhana Matahari Total, Rabu 9 Maret 2016 di Liputan6.com, SCTV dan Indosiar Mulai Pukul 06.00 - 09.00 WIB. Klik di sini