Liputan6.com, Jakarta - Total E&P Indonesie (TEPI) menghemat di seluruh sektor menghadapi harga minyak mentah dunia yang menyentuh US$ 30 per barel.
Perusahaan minyak gas asal Prancis berhasil melakukan penghematan hingga total US$ 600 juta dari total biaya produksi selama 2015 lalu.
"Kami banyak melakukan pengurangan operasi dan efisiensi pengeluaran," kata Vice President Geociences & Reservoir TEPI, Noor Syarifuddin di Balikpapan, Jumat (11/3/2016).
Advertisement
Syarifuddin mengatakan penghematan sebesar US$ 600 juta, nilainya mencapai 25 persen dari total biaya operasional Blok Mahakam sebesar US$ 2,2 miliar pada 2015.
Penghematan dilakukan dari proses hulu hingga hilir operasi tanpa mengurangi standar nilai keamanan industri migas.
Baca Juga
Salah satu contohnya adalah pemanfaatan kembali sebanyak 1 ribu slot sumur mati offshore Blok Mahakam. TEPI memanfaatkan slot sumur mati ini guna memulai kembali proses eksploitasi migas di area tersebut.
"Lebih hemat dengan tanpa perlu membangun platform baru di atas slot offshore ini. Kebetulan juga slot offshore Blok Mahakam memang sudah penuh dan harus memanfaatkan slot sumur mati," ungkap Syarifuddin.
Selain itu, TEPI juga mengoptimalkan jangka waktu pengembangan sumur sumur baru di area Blok Mahakam. Saat ini, TEPI hanya membutuhkan waktu 14 hari dalam pengembangan sumur baru dari sebelumnya 60 hari.
"Kami bicara dengan para perusahaan sub kontraktor dalam penyesuaian kontrak kerja sama ini. Kami sampaikan, apakah mau mati bareng atau hidup bareng ? Kalau mau bertahan harus disesuaikan harganya di tengah rendahnya harga minyak dunia," tegas dia.
Ada krisis harga minyak mentah ternyata turut membawa dampak positif bagi TEPI sebagai pelaku industri migas dunia. Syarifuddin menyadari perusahaannya terlalu nyaman dalam menetapkan standar operasional di Blok Mahakam.
"Ternyata kami terlalu nyaman selama ini. Saat kenyamanan dikurangi tidak mengurangi kualitas kerja karyawan juga. Contohnya biasa naik pesawat kelas bisnis diganti kelas ekonomi saja," ujar dia.
Kebijakan ini terbukti membuat TEPI mampu bertahan di tengah terpaan krisis global. TEPI sudah berkomitmen untuk tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi seluruh karyawan tetap di Blok Mahakam.
"Ini juga penghematan keuangan negara karena biaya produksi seluruhnya menjadi beban negara," ujar dia.
TEPI dan INPEX menjadi operator pengelola Blok Mahakam sejak 1968 silam. Blok ini meliputi lapangan gas Peciko, Tunu dan lapangan gas kondensat Tambora serta lapangan minyak Bekapai dan Handil.
Total juga menjadi operator di lapangan gas Sisi-Nubi dengan partisipasi 47,9 persen. Operasi yang begitu besar menempatkan Total sebagai operator produsen gas dan minyak terbesar di Indonesia (dalam skala barel ekuivalen minyak).
Total saat ini menyuplai 80 persen kebutuhan gas kilang LNG Bontang dengan produksi pada 2014 sebesar 1.761 Bcf/d dan 67.600 bod untuk minyak dan kondensat. (Abelda Gunawan/Ahm)