Liputan6.com, Jakarta - University of Alaska akan membenahi kampus dengan mengeluarkan lebih dari 8 persen dari staf mereka bahkan tenaga pengajarnya juga sudah berancang untuk keluar.
Distrik sekolah terbesar di daerah Anchorage ini, memotong 49 posisi pengajar dan memperluas ukuran kelas.
Sementara sekolah di pedesaan kecil seperti di Nightmute, yang memiliki 80 siswa dari 300 penduduk, sudah hampir mencapai titik kelumpuhan, lima dari enam guru berhenti pada akhir tahun ajaran.
Advertisement
Dilansir dari cnbc.com, Kamis (17/3/2016) sejumlah dosen, guru dan administrator menilai kondisi pun dapat bertambah buruk seiring anggaran defisit negara mencapai US$ 3,5 miliar atau sekitar Rp 45,45 triliun (asumsi kurs Rp 12.987 per dolar Amerika Serikat).
Baca Juga
"Pada setiap kampus, ada saja sesuatu yang menghilang," ujar James R. Johnson, Presiden dari University of Alaska.
"Dan jika setiap kampus kehilangan sesuatu, maka setiap kampus memiliki konstitusi yang dirugikan," tambah dia.
Beberapa sistem lain dari sekolah maupun universitas daerah lain, seperti di Milwaukee atau Baton Rouge, La., juga berjuang dengan memotong anggaran baru, atau menghadapi kondisi resesi.
Masalah yang menyebabkan semua itu adalah harga minyak dan pajaknya yang dikumpulkan untuk membayar sebagian besar pengeluaran negara. Fasilitas umum seperti sekolah pun terabaikan.
Dengan harga minyak sekitar US$ 40 per barel, negara mengumpulkan pajak lebih sedikit dari pada jumlah minyak yang dipompa. Hal ini menyebabkan anggaran negara mengalami krisis.
Sejauh ini, legislatif yang dikuasai partai republik masih enggan untuk memperbaharui masalah pajak dalam tahun pemilihan, termasuk di dalamnya menyumbang sekitar dua-pertiga dari anggaran negara untuk pendidikan, kesehatan maupun kesejahteraan. (Shabrina Aulia Rahmah/Ahm)
Â
Â