Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) membukukan laba bersih sebesar US$ 151 juta sepanjang 2015 atau turun sebesar 17 persen dibanding tahun lalu. Penurunan laba disebabkan oleh turunnya pendapatan usaha serta turunnya harga rata-rata komoditas.
Perseroan mencetak pendapatan usaha sebanyak US$ 2,68 miliar atau turun 19 persen (year on year/yoy). Volume penjualan turun 7 persen dan penurunan harga jual rata-rata 14 persen.
EBITDA operasionalADRO tidak termasuk akuntansi non operasi turun 18 persen menjadi US$ 730 juta. Panduan EBITDA operasional ditetapkan antara US$ 550 juta sampai US$ 800 juta.
Baca Juga
Presiden Direktur dan CEO ADRO Garibaldi Thohir mengatakan, perseroan mampu mencapai target kinerja di tahun 2015.
"Kegiata operasional tetap berjalan dengan baik di tengah-tengah tantangan yang dihadapi di pasar batu bara dan ketidakstabilan ekonomi dunia. Kami tetap mencapai keunggulan operasional dengan knerja yang kokoh dari bisnis inti," kata dia dalam keterangan pers, Jakarta, Selasa (15/3/2016).
‎Dia optimistis kinerja perseroan akan membaik. Dia bilang Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara serta India membutuhkan batubara dalam skala besar untuk pasokan listrik.
"Adaro berfokus untuk bertahan di bisnis yang telah dibangun, terus bersumbangsih terhadap pembangunan nasional dan senantiasa menerapkan strategi untuk memperkuat bisnis inti demi kesinambungan,"ujarnya.
Sementara itu, ADRO terus menurunkan posisi utang bersih dalam laporan keuangannya. Utang bersih perseroan US$ 865 juta atau turun 25 persen.
"Sehingga rasio utang terhadap EBITDA operasional 12 bulan terakhir mencapai 1,18 kali dan rasio utang bersih terhadap ekuitas mencapai 0,26 kali.‎ Adaro akan terus menjaga kas dan memperkuat struktur permodalannya," terangnya. (Amd/Ndw)