Sukses

DEN Siapkan Skenario Pengembangan Energi Nuklir

Target bauran energi pada 2025 sebesar 23 persen untuk energi baru terbarukan, 25 persen minyak bumi, 30 persen batu bara dan 22 persen gas.

Liputan6.com, Jakarta - Dewan Energi Nasional (DEN) sedang menyiapkan pengembangan pembangkit listrik yang menggunakan energi nuklir. Langkah yang dilakukan oleh DEN ini untuk mengantisipasi kekurangan pasokan energi untuk pembangkit listrik pada 2025 nanti. Namun memang, energi nuklir menjadi pilihan terakhir jika energi lain sudah tidak bisa diandalkan.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang juga Ketua Harian DEN Sudirman Said mengatakan, dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN), ada beberapa sumber energi yang akan dikembangkan. Contohnya panas bumi, matahari, angin, dan nuklir. Di antara sumber energi tersebut, nuklir memang menjadi pilihan terakhir. 

Artinya, jika dalam bauran energi masih kekurangan maka akan diisi oleh energi nuklir. "Mengenai nuklir, ini masih dalam payung KEN, di mana KEN mengatakan nuklir merupakan opsi terakhir. Terjemahannya, dalam Rencana Umum Energi nasional (RUEN) bagaimana energi sampai 2025 itu energi mix sudah cukup atau masih memerlukan tambahan nuklir," kata Sudirman, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (18/3/2016).

Meski menjadi pilihan terakhir, pengembangan energi nuklir tetap dilakukan. Jika pada 2025 bauran energi masih kekurangan, sudah ada persiapan pasokan listrik yang berasal dari Pembangkit Listrik tenaga Nuklir (PLTN). "Tapi tugas KEN adalah membuat roadmap PLTN. Itu akan dilaksanakan apabila menjelang 2025 itu energi mix yang ada dianggap tidak cukup," tutur Sudirman.

Pengembangan energi nuklir tersebut akan dikukuhkan dalam RUEN, yang saat ini sedang dalam tahap finalisasi. "Jadi roadmap itu disepakati tapi kami juga dorong penguasaan teknologi supaya kita tidak ketinggalan," tutup Sudirman.

Untuk diketahui, target bauran energi di 2025 yakni 23 persen untuk energi baru terbarukan, 25 persen minyak bumi, 30 persen batu bara dan 22 persen gas bumi.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Energi Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Rida Mulyana mengungkapkan meski pengembangan nuklir sebagai sumber energi masih dalam tahap perencanaan jangka panjang, saat ini sudah banyak negara yang menawarkan untuk bekerja sama dalam pengembangan PLTN. "Banyak yang sudah menawarkan, yang paling agresif negara yang datang ke kita itu Rusia‎," kata Rida.

Dijelaskan Rida, Rusia telah menawarkan paket pengembangan nuklir menjadi pembangkit listrik mulai dari pendidikan sumber daya manusia, cara pengelolaan, perawatan hingga pengelolaan limbah yang ramah lingkungan.

Selain Rusia, Iran juga menjadi negara kedua yang menyatakan minat untuk menjadi mitra Indonesia dalam mengembangkan nuklir. Namun untuk Iran, masih dalam tahap pembicaraan secara lisan. "Kalau Iran masih dalam taraf ngobrol-ngobrol biasa saja, belum yang signing-signing begitu," tegas dia. (Pew/Gdn)