Liputan6.com, Jakarta - Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Januari 2016 tumbuh 2,2 persen (yoy), menjadi US$ 308 miliar, atau setara dengan Rp 4.004 triliun (estimasi kurs 13.000 per Dolar AS). Pertumbuhan utang ini melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada Desember 2015 sebesar 5,8 persen (yoy).
Dikutip dari laporan Bank Indonesia (BI), perlambatan pertumbuhan ini terutama didorong oleh perlambatan ULN sektor publik dan penurunan ULN sektor swasta. ULN berjangka panjang tumbuh 4,8 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan Desember 2015 sebesar 8,6 persen (yoy). Sementara itu, ULN berjangka pendek masih mengalami penurunan 12,7 persen (yoy).
Berdasarkan kelompok peminjam, perlambatan pertumbuhan ULN pada Januari 2016 terjadi pada ULN sektor publik maupun ULN sektor swasta. ULN sektor publik tumbuh melambat menjadi 5,7 persen (yoy) dari 10,2 persen (yoy) pada bulan Desember 2015 dan ULN sektor swasta turun 0,7 persen (yoy) setelah pada Desember 2015 tumbuh sebesar 2,2 persen (yoy).
Dengan perkembangan tersebut, posisi ULN sektor publik dan swasta masing-masing tercatat sebesar US$ 143,4 miliar atau 46,6 persen dari total ULN dan US$ 164,6 miliar atau 53,4 persen dari total ULN.
Berdasarkan jangka waktu asal, posisi ULN Indonesia didominasi oleh ULN berjangka panjang dengan porsi 87,4 persen dari total ULN. ULN berjangka panjang pada Januari 2016 mencapai US$ 269,1 miliar, terdiri dari ULN sektor publik sebesar US$ 140,7 miliar dengan porsi 52,3 persen dari total ULN jangka panjang dan ULN sektor swasta sebesar US$ 128,4 miliar dengan porsi 47,7 persen dari total ULN jangka panjang.
Baca Juga
Sementara itu, ULN berjangka pendek sebesar US$ 38,9 miliar (12,6 persen dari total ULN), terdiri dari ULN sektor swasta sebesar US$ 36,2 miliar (93,0 persen dari total ULN jangka pendek) dan ULN sektor publik sebesar US$ 2,7 miliar (7,0 persen dari total ULN jangka pendek).
Menurut sektor ekonomi, utang luar negeri swasta pada akhir Januari 2016 terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih. Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,2 persen.
Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, pertumbuhan tahunan ULN sektor keuangan, industri pengolahan, dan listrik, gas dan air bersih melambat, sementara pertumbuhan tahunan ULN sektor pertambangan mengalami kontraksi yang lebih dalam.
Bank Indonesia memandang perkembangan ULN Januari 2016 masih cukup sehat namun terus mewaspadai risikonya terhadap perekonomian. Ke depan, Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan ULN, khususnya ULN sektor swasta.
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keyakinan bahwa utang luar negeri dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi. (Yas/Gdn)