Sukses

Pemerintah Ingin Jadikan NTT Pusat Budidaya Rumput Laut

Produksi perikanan budidaya di NTT mencapai 1,89 juta ton, dengan sebagian besar adalah berasal dari rumput laut.

Liputan6.com, Jakarta - Pembangunan perikanan budidaya terus digulirkan hingga Indonesia bagian Timur. Salah satunya adalah di Nusa Tenggara Timur (NTT). Produksi perikanan budidaya di NTT mencapai 1,89 juta ton, dengan sebagian besar adalah berasal dari rumput laut.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto mengungkapkan, kondisi alam di wilayah NTT sangat cocok untuk pengembangan budidaya rumput laut. Mulai dari penyediaan kebun bibit, sampai dengan budidaya dan penjemurannya, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.

"Kemudian didukung dengan perikanan budidaya air tawar seperti lele dan nila, untuk mendukung ketahanan pangan. Ini harus benar-benar di rencanakan pengembangannya sehingga menjadikan NTT salah satu sentra rumput laut nasional dan dapat mendukung ketahanan pangan dan gizi masyarakatnya," kata dia, Senin (21‎/3/2016).

Untuk mendukung peningkatan produksi rumput laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) mengembangkan bibit rumput laut kultur jaringan (kuljar).
 


Slamet menambahkan, kualitas rumput laut harus terus ditingkatkan, salah satunya melalui penyediaan bibit kuljar ini. DJPB pada 2015, telah membangun 3 laboratorium kuljar di Lampung, Takalar dan Lombok. Tahun 2016 ini, akan di tambah 5 laboratorium lagi di Aceh, Batam, Jepara, Situbondo dan Ambon.
 
Apa yang dilakukan DJPB ini dikatakan Slamet untuk menjamin ketersediaan bibit kuljar dan menjaga kualitas rumput laut yang dihasilkan.

"Kita harapkan Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi NTT, juga menyiapkan anggaran untuk mendukung pembangunan laboratorium kuljar ini, karena mengingat NTT merupakan sentra budidaya rumput laut,” jelas Slamet.

Tidak hanya rumput laut, Slamet mengatakan, budidaya bandeng juga memiliki potensi untuk dikembangkan di NTT, khususnya di Belu. Produksi bandeng dari Belu saat ini mengandalkan benih dari alam. Tetapi menurut dia perlu diingat bahwa tidak boleh di eksploitasi secara berlebihan.

"Kita harus jaga keseimbangan alam. Budidaya bandeng di Belu sangat mendukung untuk peningkatan perekonomian di perbatasan. Kita harus menunjukkan kedaulatan dan kemandirian kita, dalam hal penyediaan pangan,” lanjut dia.

Untuk mendukung kemandirian dan meningkatkan pendapatan pembudidaya, Gerakan Pakan Ikan Mandiri (GERPARI) harus terus di dorong pengembangannya di NTT.

Dia mendorong agar pabrik pakan mandiri dapat dipusatkan di Tablolong. Kemudian di daerah perbatasan di bangun pabrik pakan mandiri mini. Selain itu, perlu pemanfaatatan. (Yas/Nrm)