Sukses

Hipmi: Pengusaha Lokal Jangan Jadi Penonton di Masela

Pengusaha meminta agar dalam pengerjaan pembangunan dan pengelolaan lapangan gas tersebut ikut melibatkan pengusaha lokal.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP Hipmi) mendukung keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membangun kilang LNG Masela di darat (onshore). Putusan ini dinilai sudah sesuai dengan usulan Hipmi ke pemerintah.

“Hipmi mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Presiden, sebab beliau mendengarkan aspirasi mayoritas warga Maluku dan sekitarnya. Usulan Hipmi memang di darat,” ujar Ketua Umum BPP Hipmi Bahlil Lahadalia, Jumat (25/3/2016).

Namun Bahlil meminta agar dalam pengerjaan pembangunan dan pengelolaan lapangan gas tersebut ikut melibatkan pengusaha lokal.

“Apakah pengusaha lokal jadi pemasok, subkontraktor, atau pengerjaan jasa apapun, pengusaha lokal dilibatkan. Pengusaha lokal jangan jadi penonton di daerahnya sendiri,” ujar Bahlil.

Dia mengatakan, dampak turunan dari pengelolaan Blok Masela akan sangat besar. Ekonomi daerah akan menggeliat, memperkuat industri nasional, dan negara akan menerima banyak pemasukan.


Bahlil mengatakan, pihaknya tidak menduga Presiden mengambil keputusan sangat cepat soal Masela.Padahal, isu yang berkembang Presiden akan memutuskan setelah tahun 2018, bahkan tahun 2021. Namun, Presiden memutusnya sangat cepat.

“Hipmi mengapresiasi dari sisi waktu pengambilan keputusan dan isi putusan itu sendiri. Sebab perdebatan soal Blok Masela sudah 15 tahun usianya,” ujar Bahlil.

Keputusan Presiden itu mengakhiri perdebatan dan adu kepentingan soal pengembangan kilang LNG Masela onshore atau offshore (laut). Cadangan gas Blok Masela ditemukan pada 2000. Cadangan gas Blok Masela bisa digunakan selama 70 tahun dengan deposit sebanyak 20 trillion cubic feet.

Tak hanya gas LNG, proyek ini juga dapat memicu tumbuhnya industri lainnya seperti petrokimia dan pupuk. Blok ini diperkirakan memproduksi dengan kapasitas mencapai 7,5 juta ton LNG per tahun. 

Negara bisa memperoleh pemasukan mencapai US$ 6,5 miliar per tahun, dua kali lipat lebih dibanding jika dibangun di laut dengan proyeksi pemasukan US$ 2,52 miliar per tahun dari penjualan komoditas LNG.

Pengoperasian lapangan minyak ini juga, ujar Bahlil, akan memperbesar outstanding investasi keluar Pulau Jawa. Realisasi investasi nasional sebesar Rp 545,4 triliun selama 2015, meningkat 17,77 persen dibanding capaian tahun sebelumnya yang berada di angka Rp 463,1 triliun.

Investasi tersebut sebagian besar masih terkonsentrasi di Kawasan Barat Indonesia atau persisnya di Pulau Jawa. Investasi di luar Jawa, termasuk Sumatera, hanya sebesar 45,6 persen  dari seluruh realisasi investasi nasional meski meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 43 persen.(Amd/Nrm)