Liputan6.com, Jakarta - Adanya jaringan pipa gas di kota-kota besar dinilai membawa keuntungan bagi bisnis perhotelan. Pasalnya, harga gas yang dipasok dari pipa jauh lebih murah ketimbang gas dari tabung.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI)Â Haryadi Sukamdani mengatakan dalam bisnis perhotelan, gas biasanya digunakan untuk kebutuhan memasak dan bahan bakar mesin pemanas air (boiler).
"Biasanya untuk memasak atau ada beberapa hotel untuk boiler (pemanas air), tapi tergantung hotelnya," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Selasa (29/3/2016).
Baca Juga
Dia menjelaskan jika suatu hotel tidak menggunakan gas dari jaringan pipa, maka mesin pemanas air biasanya menggunakan Solar. Biaya yang harus dikeluarkan oleh hotel saat menggunakan Solar biasanya lebih mahal ketimbang menggunakan gas dari jaringan pipa.
"Kalau tidak dilewati pipa gas kan mahal jatuhnya. Karena harus pakai boiler yang bahan bakarnya Solar. Kalau tidak ada jaringan juga masaknya pakai gas tabung. Yang jaringan biasanya lebih murah. Pakai tabung jatuhnya lebih mahal dan biasanya hanya untuk memasak saja," ucapnya.
Namun sayangnya, tutur Haryadi, tidak semua hotel bisa menikmati pasokan gas dari jaringan pipa. Pasalnya saat ini jaringan tersebut hanya tersedia di beberapa wilayah saja.
Dia berharap jaringan pipa gas semakin diperluas, sehingga semakin banyak sektor bisnis seperti perhotelan yang bisa merasakan manfaat dari keberadaan jaringan pipa ini.
"Tidak semua hotel dilintasi jaringan pipa gas. Kalau kota-kota besar seperti di Jakarta, Surabaya, mungkin sudah. Tapi kalau di daerah-daerah lain belum tentu. Kan, jaringan pipa itu belum mencakup seluruh wilayah. Di Jakarta pun hanya di daerah Sudirman-Thamrin yang mungkin pakai itu, tapi seperti daerah Kebayoran itu tidak ada," ucapnya. (Dny/Gdn)