Sukses

Harga Minyak Kembali Turun ke Bawah US$ 39 per Barel

Harga minyak mentah jenis Light Sweet untuk pengiriman Mei turun US$ 1,11 atau 2,8 persen menuju US$ 28,28 per barel.

Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia kembali terjatuh pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Penyebab penurunan harga minyak ini masih sama dengan sebelumnya yaitu kekhawatiran akan berlimpahnya pasokan.

Mengutip Wall Street Journal, Rabu (30/3/2016), minyak mentah jenis Light Sweet untuk pengiriman Mei turun US$ 1,11 atau 2,8 persen menuju US$ 38,28 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan minyak Brent yang merupakan patokan harga dunia turun US$ 1,13 atau 2,8 persen ke level US$ 39,14 per barel di ICE Futures Europe. Keduanya merupakan harga terendah sejak 15 Maret lalu.

Dalam dua pekan terakhir harga minyak memang terus mengalami kenaikan dan pada pekan lalu kenaikan yang terjadi cukup tinggi. Kenaikan harga minyak ini karena adanya ekspektasi dari pelaku pasar bahwa para produsen minyak utama setuju untuk membekukan produksinya. Selain itu, Amerika Serikat (AS) juga mengalami penurunan pasokan karena beberapa produsen menurunkan jumlah sumur yang berproduksi.

Namun beberapa analis memperingatkan bahwa kenaikan harga minyak tersebut adalah semu atau tidak akan berlangsung lama. Pada kenyataannya pasokan minyak di dunia masih sangat berlebih sehingga menekan kembali harga minyak.

Sebagai contoh, persediaan minyak AS di pusat penyimpanan Cushing Oklahoma, AS, sudah mendekati kapasitas maksimal dan berada di level tertinggi dalam 80 tahun terakhir.

The American Petroleum Institute, sebuah organisasi yang menaungi pelaku industri minyak di AS mengungkapkan bahwa persediaan minyak di Cushing meningkat 2,6 juta barel pada pekan lalu. Sedangkan pemerintah sendiri baru akan mengeluarkan data resmi pada Rabu waktu setempat.

Editor The Schork Report, Stephen Schork menjelaskan bahwa para analis sudah melihat bahwa harga minyak akan kembali jatuh setelah mengalami reli yang cukup panjang. "Saya pikir harga akan kembali ke bawah US$ 30 per barel," jelasnya.

"Pelaku pasar saat ini sedang menunggu aksi sebenarnya dari rencana pembekuan yang sebelumnya telah didengungkan," tambah analis Energy Management Institute Dominick Chirichella. Jika memang pembekuan produksi tersebut benar terjadi maka harga minyak akan terus terdongkrak. (Gdn/Zul)