Liputan6.com, Jakarta - Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI), institusi pendanaan riset resmi beroperasi hari ini (30/3/2016). Kehadiran lembaga tersebut akan membantu pembiayaan penelitian bagi para ilmuwan terbaik Indonesia, sehingga dapat melahirkan karya unggulan dan berdaya saing di kancah global.
Acara peresmian tersebut dihadiri Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek Dikti Muhammad Dimyati, Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Direktur Eksekutif DIPI J.W. Saputro, ‎Anggota AIPI Emil Salim, serta para perwakilan dari negara Australia, Amerika Serikat dan Inggris.
Baca Juga
Ketua AIPI, Sangkot Marzuki mengatakan, DIPI dapat beroperasi atas dukungan dari pemerintah Indonesia melalui Kemenristek Dikti dan Kementerian Keuangan. Sementara komitmen pendanaan berasal dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Advertisement
Â
Baca Juga
Pembentukan DIPI‎ juga disokong pemerintah Australia melalui Knowledge Sector Initiative, pemerintah AS lewat United States Agency for International Development (USAID), serta Kerajaan Inggris melalui Newton Fund.
"DIPI memberikan hibah penelitian berdasarkan kualitas, orisinalitas gagasan, dan kecakapan penelitinya. Skenario ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas penelitian dan ilmu pengetahuan. Akhirnya, membangun daya saing bangsa di tataran global," jelas Sangkot di Gedung Kemenkeu, Jakarta, pagi ini.
DIPI tidak membatasi penelitiannya berdasarkan disiplin ilmu, tapi ada 8 area penelitian yang akan memperoleh kucuran dana, yakni:
- Identitas, Keragaman, dan Budaya
- Kepulauan, Kelautan, dan Sumber Daya Hayati
- Kehidupan, Kesehatan, dan Nutrisi
- Air, Pangan, dan Energi
- Bumi, Iklim, dan Alam Semesta
- Bencana, dan Ketahanan Masyarakat Terhadap Bencana
- Material dan Sains Komputasi
- Ekonomi Masyarakat dan Tata Kelola
"Pada tahun pertama ini, DIPI akan fokus membiayai penelitian yang sesuai dengan tema kluster 1 dan 3‎. Tapi ini sudah ditunggu-tunggu para ilmuwan dan peneliti," tegas J.W Saputro.
Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek Dikti, Muhammad Dimyati menambahkan, ‎tahun ini merupakan tahun emas bagi para peneliti dan ilmuwan Indonesia. Alasannya, pemerintah saat ini sangat konsen meningkatkan inovasi dan mutu penelitian supaya mendorong daya saing.
"Kita ingin mencari solusi terbaik supaya daya saing meningkat dan melahirkan ilmuwan terkemuka dunia. Salah satunya membantu pendanaan peneliti sehingga ada semangat baru bagi mereka berinovasi brilian yang memberi manfaat dan kesejahteraan masyarakat Indonesia," terangnya.
Dimyati mengaku, pihaknya telah mengajukan surat kepada Kementerian Keuangan untuk mengubah mekanisme pertanggungjawaban penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bagi penelitian. Termasuk memberikan jaminan berkelanjutan terhadap penelitian di Tanah Air.
"‎Selama ini dikeluhkan mekanisme pertanggungjawaban APBN untuk riset lebih membebani peneliti. Lebih banyak dibebankan pada administrasi, sehingga tidak fokus pada risetnya. Juga keresahan peneliti tidak dapatkan jaminan berkelanjutan, padahal ini menjadi salah satu yang penting," kata Dimyati.