Liputan6.com, Ketapang - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani melakukan kunjungan kerja ke PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (PT WHW) yang berlokasi di Ketapang, Kalimantan Barat.
WHW merupakan pabrik yang memproduksi alumina terbesar di Indonesia, dengan total kapasitas 2 juta ton alumina dengan nilai investasi mencapai Rp 12,5 triliun.
Franky mengungkapkan, perusahaan yang dibangun atas kerjasama Tiongkok (porsi 70 persen) dan Indonesia (30 persen) ini bakal membantu mengurangi jumlah pengangguran di Kalimantan Barat, terutama di Ketapang.
Baca Juga
Setidaknya 2.435 tenaga kerja akan diperkerjakan di pabrik tersebut. Dari total itu, tenaga kerja yang diserap dari Ketapang mencapai 1.486 tenaga kerja atau setara dengan 61 persen dari total kebutuhan.
Advertisement
“Ini membuktikan bahwa kehadiran perusahaan akan membawa dampak langsung yang signifikan terhadap perekonomian masyarakat sekitarnya,” ujar Franky di Ketapang, Kalimantan Barat, Jumat (1/4/2016).
Baca Juga
Dia mengaku, berdasarkan informasi yang disampaikan ke BKPM, perusahaan juga merekrut tenaga kerja di luar Ketapang, di antaranya penduduk Kalimantan Barat selain Ketapang mencapai 457 tenaga kerja atau setara dengan 18,9 persen dari total penyerapan tenaga kerja. Kemudian sisanya yakni 492 orang merupakan tenaga kerja yang berasal dari luar Kalimantan Barat atau setara dengan 20,2 persen tenaga kerja.
Franky menambahkan, pembangunan industri penghasil smelter-grade alumina ini akan dapat memberikan dampak lanjutan yang luas bagi pertumbuhan ekonomi khususnya di Kabupaten Ketapang dan secara umum bagi Provinsi Kalimantan Barat dan nasional.
“Apabila hitungan penyerapan tenaga kerja 2.435 itu menanggung 1 orang istri dan dua orang anak, artinya ada 10.000 orang yang secara langsung tergantung dengan keberlangsungan operasional perusahaan,” tegas Franky.
Sampai saat ini, realisasi pembangunan tahap I sudah mencapai sekitar 95 persen dan diharapkan dalam akan beroperasi komersil dan ekspor perdana pada Desember 2016. Sedangkan untuk tahap II diharapkan selesai pada 2018. Dari total produksinya 90 persen akan di ekspor dan 10 persen akan digunakan untuk memasok PT Inalum (Persero). (Yas/Nrm)