Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) berencana mengeluarkan varian baru solar dengan label Dexlite pada pertengahan April 2016. Produk baru ini akan melengkapi ragam bahan bakar yang dijual dan memberikan pilihan lebih banyak jenis bahan bakar ke masyarakat.
Lantas apa kelebihan Dexlite dibandingkan yang lain?
Vice President Fuel Retail Marketing Pertamina Afandi mengungkapkan, Dexlite memiliki cetane number 51 dan kadar sulfur yang lebih rendah 1.000 hingga 1.200. Sementara solar bersubsidi yang dijual saat ini hanya memiliki cetane number 35 dan kadar sulfur 3.500. Produk ini pun diharapkan dapat memperbaiki kualitas BBM yang ada.
"Konsumen yang menghendaki cetane number 51 berlari ke Dexlite. Selama ini yang ingin cetane number 51 menggunakan solar bersubsidi cetane number 48‎," jelas Afandi, Selasa (5/4/2016).
Â
Baca Juga
Baca Juga
Afandi menjamin, dengan menggunakan Dexlite membuat konsumsi BBM akan lebih irit jika sesuai dengan spesifikasi mesin kendaraan yang telah ditetapkan produsen. Dexlite dibuat untuk kendaraan menengah kecil yang memiliki spesifikasi bahan bakar sesuai kebutuhan mesin.
"Lebih irit dibandingkan solar subsidi, mobil itu ada spek bahan bakarnya," ‎tutur Afandi.
Advertisement
Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang mengungkapkan, Dexlite yang memiliki kandungan sulfur 1.000 sampai 1.200 dan set number 51 sehingga lebih ramah lingkungan, ketimbang solar biasa yang memiliki kandungan sulfur ‎3500.
Meski begitu BBM yang rencananya akan di banderol Rp 6.000 hingga Rp 7.000 tersebut tetap menggunakan campuran bio diesel sebanyak 20 persen sesuai dengan kebijakan pemerintah," papar dia.
‎"Campur fame cuma saya tambah adiktif, saya perbanyak campurannya supaya sulfur content 1.000. Solar biasa 3.500, sementara ini (Dex Lite) 1.000-1.200‎," papar dia.
‎Bambang memperkirakan kehadiran‎ Dexlite akan disambut baik konsumen solar Pertamina. Sebab dengan mengkonsumsi Dexlite tenaga mesin kendaraan akan lebih besar dan hasil gas pembuang bahan bakar lebih baik sehingga dapat mengurangi polusi udara.
"Ini bisa dipakai alat berat yang butuh power. Jawa dulu kalau terobosan jujur ini mengubah industri lebih berubah. Di luar negeri lebih pilih solar karena efisien tenaga gede, emisinya rendah," tutup Bambang.(Pew/Nrm)